cari yang ingin kamu baca

Senin, 12 Desember 2011

Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian ditetapkan dengan kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa berdasarkan silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana.
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Wiersma  dan  Jurs  membedakan  antara  evaluasi,  pengukuran  dan  testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin  juga  testing,  yang  juga  berisi  pengambilan  keputusan   tentang  nilai. Pendapat  ini  sejalan  dengan  pendapat  Arikunto  yang menyatakan  bahwa  evaluasi merupakan kegiatan mengukur  dan menilai. Kedua pendapat di  atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa  evaluation as the  process of determining to  what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam   (1971)  yang  dikutip   oleh  Nana   Syaodih   S.,  menyatakan   bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for  judging   decision   alternatif.   Demikian  juga  dengan  Michael   Scriven   (1969) menyatakan  evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh  orang,  hal,   atau  obyek   tertentu  menurut   aturan   atau   formulasi  yang  jelas, sedangkan   penilaian   adalah   suatu  proses  untuk  mengambil   keputusan   dengan menggunakan informasi  yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik  yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto  yang membedakan  antara  pengukuran,  penilaian,  dan  evaluasi.  Arikunto menyatakan  bahwa mengukur  adalah membandingkan  sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran   bersifat  kuantitatif.   Sedangkan  menilai   adalah  mengambil   suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat  kualitatif. Hasil   pengukuran  yang  bersifat   kuantitatif  juga  dikemukakan   oleh  Norman  E. Gronlund   (1971)  yang  menyatakan   “Measurement   is   limited   to   quantitative  descriptions of pupil behaviorâ€s
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan  oleh  Nana  Sudjana.   Ia  menyatakan  bahwa  penilaian  adalah  proses menentukan  nilai  suatu  obyek  dengan  menggunakan  ukuran atau  kriteria   tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of  person or objects according to certain established rulesâ€r

B. Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1.      Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2.      mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3.      menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4.      memberikan pertanggung jawaban (accountability)

C. Fungsi Evaluasi
Sejalan   dengan   tujuan   evaluasi   di  atas,   evaluasi  yang  dilakukan  juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
a)      Selektif
b)      Diagnostik
c)      Penempatan
d)     Pengukur keberhasilan
Selain   keempat   fungsi   di  atas  Asmawi   Zainul  dan  Noehi   Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
1.      Remedial
2.      Umpan balik
3.      Memotivasi dan membimbing anak
4.      Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
5.      Pengembangan ilmu

D. Manfaat Evaluasi
Secara  umum  manfaat  yang  dapat  diambil  dari  kegiatan  evaluasi  dalam pembelajaran, yaitu:
1.      Memahami   sesuatu   :  mahasiswa   (entry   behavior,  motivasi,   dll),   sarana  dan prasarana, dan kondisi dosen
2.      Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalahâ€a , dll
3.      Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
a.      Bagi Siswa
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
b.      Bagi Guru
mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll. ketepatan metode yang digunakan
c.       Bagi Sekolah
1.      hasil belajar cermin kualitas sekolah
2.      membuat program sekolah
3.      pemenuhan standar

E. Macam-macam Evaluasi
1)      Formatif
Evaluasi   formatif   adalah   evalsi  yang  dilakukan  pada   setiap   akhir pembahasan suatu  pokok  bahasan  /  topik,  dan  dimaksudkan  untuk  mengetahui sejauh  manakah   suatu  proses  pembelajaran   telah  berjalan   sebagaimana  yang direncanakan.  Winkel  menyatakan   bahwa  yang  dimaksud   dengan   evaluasi formatif   adalah  penggunaan   tes-tes   selama  proses  pembelajaran  yang  masih berlangsung,  agar  siswa  dan  guru  memperoleh   informasi  (feedback) mengenai kemajuan  yang  telah   dicapai.  Sementara   Tesmer   menyatakan  formative  evaluation  is  a   judgement  of   the  strengths  and  weakness  of   instruction   in   its  developing   stages,   for   purpose   of   revising   the   instruction   to   improve   its  effectiveness  and  appeal.  Evaluasi   ini  dimaksudkan  untuk  mengontrol  sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi  yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.  Wiersma  menyatakan  formative  testing  is  done   to  monitor   student  progress  over  period of time. Ukuran keberhasilan  atau kemajuan  siswa dalam evaluasi   ini   adalah   penguasaan   kemampuan  yang  telah   dirumuskan   dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat   kematangan   siswa.  Artinya  TIK   dirumuskan   dengan  memperhatikan kemampuan  awal anak  dan  tingkat  kesulitan  yang wajar  yang diperkiran  masih sangat  mungkin  dijangkau/  dikuasai  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil  dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk   selanjutnya   diambil   tindakan-tindakan  yang  tepat.  Tindak   lanjut   dari evaluasi   ini  adalah  bagi  para  siswa  yang  belum  berhasil  maka  akan  diberikan remedial,  yaitu  bantuan  khusus  yang  diberikan  kepada  siswa  yang mengalami kesulitan  memahami  suatu pokok bahasan tertentu.  Sementara  bagi siswa  yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki   kemampuan  yang  lebih   akan   diberikan   pengayaan,   yaitu  materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2)      Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi  yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan  waktu  yang  didalamnya   tercakup   lebih  dari   satu  pokok  bahasan,  dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari   suatu   unit   ke   unit   berikutnya.  Winkel  mendefinisikan   evaluasi   sumatif sebagai  penggunaan  tes-tes  pada  akhir  suatu  periode  pengajaran  tertentu,  yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3)      Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan  dan  kelemahan-kelemahan  yang  ada   pada   siswa   sehingga   dapat diberikan   perlakuan  yang  tepat.  Evaluasi   diagnostik   dapat   dilakukan   dalam beberapa   tahapan,   baik   pada   tahap   awal,   selama  proses,   maupun   akhir pembelajaran.  Pada   tahap  awal  dilakukan   terhadap  calon  siswa  sebagai   input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau  pengetahuan  prasyarat  yang  harus  dikuasai  oleh  siswa.  Pada tahap  proses evaluasi   ini  diperlukan  untuk  mengetahui  bahan-bahan  pelajaran  mana  yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik  ini untuk mengetahui  tingkat  penguasaan siswa  atas  seluruh  materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif: Fungsinya mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya :
a)      menentukan kesulitan belajar yang dialami
b)      Umpan balik bagi siswa, guru maupun program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program
c)      Memberi tanda telah mengikuti suatu program, dan menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan anggota kelompoknyacara memilih tujuan yang dievaluasi memilih tiap-tiap keterampilan prasarat memilih tujuan setiap program pembelajaran secara berimbang memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan \
d)     Mengukur semua tujuan instruksional khusus
e)      Mengukur tujuan instruksional umum
f)       Skoring (cara menyekor)
g)      menggunakan standar mutlak dan relatif menggunakan standar mutlak menggunakan standar relatif
F. Prinsip Evaluasi
Terdapat  beberapa  prinsip  yang  harus  diperhatikan  dalam  melaksanakan  evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1)      Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi.
2)      Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3)      Agar   hasil   penilaian   obyektif,   gunakan   berbagai   alat   penilaian   dan   sifatnya komprehensif.
4)      Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1)      Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2)      Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
3)      Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
4)      Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
5)      Penilaian harus bersifat komparabel.
6)      Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
G. Pendekatan Evaluasi
Ada   dua   jenis   pendekatan   penilaian   yang   dapat   digunakan   untuk menafsirkan  sekor  menjadi  nilai.  Kedua  pendekatan   ini  memiliki   tujuan,  proses, standar  dan   juga  akan  menghasilkan  nilai  yang  berbeda.  Karena   itulah  pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua  perbedaan   tujuan   substansial,  yaitu  pengukuran   acuan  norma   (NRM)  yang berusaha  menetapkan   status   relatif,  dan  pengukuran  acuan  kriteria   (CRM)  yang berusaha  menetapkan   status   absolut.  Sejalan  dengan  pendapat  Glaser,  Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an  individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran   acuan   norma  (Norm   Reference   Measurement   /   NRM)  untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman   relatif   siswa.  Sedangkan  untuk  mengukur   tes  yang  mengidentifikasi ketuntasan   /  ketidaktuntasan   absolut   siswa   atas  perilaku   spesifik,  menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1.            Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
              Tujuan  penggunaan   tes  acuan  patokan  berfokus  pada  kelompok  perilaku siswa  yang  khusus.  Joesmani  menyebutnya  dengan  didasarkan  pada  kriteria  atau standard   khusus.  Dimaksudkan   untuk  mendapat   gambaran   yang   jelas   tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan  dengan  performan  yang   lain.  Dengan  kata   lain   tes   acuan  kriteria digunakan   untuk  menyeleksi   (secara   pasti)   status   individual   berkenaan   dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
              Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar   absolut.  Semiawan  menyebutnya   sebagai   standar  mutu   yang  mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation,  referenced   to  a  defined  body  of   learner  behaviors.  Dalam  standar   ini  penentuan tingkatan  (grade)  didasarkan  pada  sekor-sekor  yang   telah  ditetapkan  sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan   sekor   tertentu   sesuai   dengan   batas   yang   telah   ditetapkan   tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada   tingkat  kesulitan  tes  yang  mereka  terima.  Artinya  apabila  tes  yang  diterima siswa  mudah  akan  sangat  mungkin  para  siswa  mendapatkan  nilai  A  atau  B,  dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi   dengan  memperhatikan   secara   ketat   tujuan   yang   akan   diukur   tingkat pencapaiannya.
                       Dalam  menginterpretasi  skor  mentah  menjadi  nilai  dengan  menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
                        Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
                       Tujuan   penggunaan   tes   acuan   norma   biasanya   lebih   umum   dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan.
                       Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif   dalam   kelompoknya;  Tinggi   rendahnya   performan   seorang   siswa   sangat bergantung   pada   kondisi   performan   kelompoknya.   Dengan   kata   lain   standar pengukuran  yang  digunakan   ialah  norma  kelompok.  Salah   satu  keuntungan  dari standar   relatif   ini   adalah  penempatan   sekor   (performan)   siswa  dilakukan   tanpa memandang  kesulitan  suatu  tes  secara  teliti.  Kekurangan  dari penggunaan  standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi  untuk  mendapatkan  nilai  A  atau  B.  Situasi  seperti   ini  menjadi  baik  bagi motivasi  beberapa  siswa.   (2)  standar  relatif  membuat   terjadinya  persaingan  yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat   nilai   A   akan   mengurangi   kesempatan   pada   yang   lain   untuk mendapatkannya.

2 komentar:

  1. artikel yang di muat sangat bermanfaat dan menambah wawasan. materi sangat lengkap dan sudah mewakili aspek aspek penting sebagai bahan pertimbangan melakukan evaluasi pembelajaran yang baik dan benar.

    BalasHapus
  2. terima kasih nandaa....
    semoga ke depannya lebih baik lagi.
    aamiin....

    BalasHapus