cari yang ingin kamu baca

Selasa, 06 Desember 2011

Sosiologi Gender

KESADARAN PEREMPUAN DALAM KONSEPSI BIAS GENDER

A. Fenomena Gender yang ada di sekitar kita
Pada era saat ini, perempuan tidak harus berkutit di dalam wilayah domestik atau private saja. Mereka juga mempunyai hak yang sama seperti halnya kaum laki-laki. Akan adanya suatu alat seperti halnya pendidikan, perempuan-perempuan kita terutama di Indonesia, mereka bisa melakukan hal yang membawa kemajuan yang berarti bagi dirinya. Ini juga bisa menunujukan bahwa perempuan dapat mensejajarkan kedudukannya dengan laki-laki. Artinya, perempuan berarti harus sadar akan perannya terutama untuk Negara.
Kita telah mengetahui, selama ini kedudukan di Negara-negara yang tertinggi selalu ditempati oleh laki-laki sehingga terkesan bahwa perempuan di anggap sebagai warga negara kedua terutama di Negara kita ( the second class of state ). Padahal kita juga mengetahui bahwa banyak perempuan-perempuan Indonesia yang memilki potensi yang baik dan unggul dalam kualitasnya untuk bisa membagi waktunya dengan kehidupan antara ranah publik dan domestik. Seperti contoh, Megawati Soekarno Putri, dia pernah menjabat sebagai presiden Republik Indonesia dimana dia menggantikan kedudukan dari KH. Abdurrahman Wahid, Sri mulyani pernah menjabat sebagai menteri perekonomian, Kristiani Herrawati Susilo Bambang Yudhoyono yang kita kenal dengan sebutan ibu Ani SBY.
Yang akan saya bahas disini adalah salah satu diantara mereka yaitu ibu ani Yudhoyono. Dia bukanlah wanita yang hanya bersantai-santai saja seperti layaknya ratu yang hanya menikmati kedudukan suaminya yang berperan sebagai presiden Republik Indonesia, tetapi dia juga ikut andil dalam kegiatan berbagai Negara sehingga dia disebut sebagai ibu Negara. Kedudukan tersebut tentunya sangat menyita waktunya di dunia domestik karena bagaimanapun juga dia juga seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang anak, itu artinya dia harus membimbing serta mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang dapat dibanggakan oleh orangtuanya. Dalam mendidik anaknya, Ani menerapkan kehidupan yang Islami, yaitu bekerja keras, disiplin dan jujur dengan semboyan “Manusia boleh merencanakan, tapi Tuhanlah yang menentukan”.
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga mengakibatkan bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapihan rumah tangganya. Di kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda (double-burden). Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat berbagi jenis “pekerjaan perempuan”, seperti semua pekerjaan domestik dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai “pekerjaan lelaki”, serta dikategorikan sebagai pekejaan “bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara.
Tetapi hal itu bisa diimbangi oleh ibu Ani Yudhoyono, disamping sebagai ibu rumah tangga dia juga berperan sebagai ibu Negara. Ibu Ani sadar akan kedudukannya sebagai ibu Negara. Dia juga aktif dalam berbagai organisasi baik tingkat daerah hingga tingkat internasional. Dia pernah bergabung dengan Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua dan berperan aktif pada saat kampanye Legislatif serta kampanye pilihan presiden untuk mendukung suaminya sebagai salah seorang kandidat Calon Presiden. Untuk membantu program pemerintah, Ibu Ani bersama-sama dengan para istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu membentuk suatu perkumpulan dengan nama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) untuk membantu masyarakat, khususnya anak-anak dan kaum perempuan yang kurang beruntung dalam rangka memberdayakan mereka melalui program “Indonesia Sejahtera”.
B. Analisis menurut teori feminis
Dari fenomena yang telah dijelaskan di atas, maka fenomena tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan teori feminis liberal. Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka persaingan bebas dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
Feminis Liberal memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh kaum Pria, yang terlefleksikan menjadi kepentingan yang bersifat maskulin, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentingan yang memeng memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaum Liberal Feminis, perempuan cenderung berada di dalam negara hanya sebatas warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Sehingga dalam hal ini ada ketidaksetaraan perempuan dalam politik atau bernegara. Dalam perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminist Liberal mengenai kesetaraan setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi sub-ordinat. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender.
Peranan ibu Ani Yudhoyono apabila kita analisis menggunakan feminis liberal bila dikaitkan dengan kesetaraan gender, bahwa peran ibu negara dalam aktifitas organisasi dan posisinya sebagai ibu negara membuktikan tentang kesadaran gender. Kesadaran gender adalah sadar akan posisinya sebagai wanita sehingga tidak menimbulkan bias gender yang beranggapan banyak menekan dan menganggap lemah kaum perempuan. Tetapi ibu ani membuktikan kepada Negara bahwa dia juga mempunyai kemampuan untuk bekerja diluar rumahnya tanpa mengganggu kesejahteraan keluarganya.
Wollstonecraft mengatakan bahwa perempuan adalah suatu “tujuan”, suatu agen bernalar, yang harga dirinya ada dalam kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Ibu ani adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia dan Fakultas Ilmu Politik Universitas Terbuka (UT). Ibu ani Yudhoyono memanfaatkan hasil pendidikannya untuk membentuk berbagai organisasi-organisasi melalui kerja sama dengan istri para Menteri Kabinet Bersatu dengan menjalankan program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Hijau, Indonesia Kreatif dan Indonesia Peduli. Ini berarti, ibu Ani dapat menempatkan dirinya di posisi yang baik dimana dia memperhitungkan tindakannya dengan akar dan nalar yang berguna bagi kemajuan bangsa.
C. Sumber Referensi
1. Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
2. Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 1998. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Jalasutra: Yogyakarta.
3. http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/01/21/ani-yudhoyono-ibu-negara-calon-presiden-berikutnya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar