cari yang ingin kamu baca

Sabtu, 24 Desember 2011

Pengendalian Sosial

Pengendalian Sosial
Pengendalian Sosial (social control) adalah segenap cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, mendidik, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma dan nilai yang berlaku

Sifat-sifat Pengendalian Sosial
Dilihat dari waktu pelaksanaannya
1. prevantif (pencegahan)
2. represif (memperbaiki)
3. dan gabungan
Dilihat dari jumlah cakupan yang terlibat
1. pengawasan dari individu terhadap individu lain
2. pengawasan dari individu terhadap kelompok
3. pengawasan dari kelompok terhadap kelompok
4. pengawasan dari kelompok terhadap individu
Dilihat dari aspek pelaksanaannya
1. Persuasif (tanpa kekerasan)
2. Coersif (paksaan)
3. Kompulsif, yaitu menciptakan suatu situasi yang dapat mengubah sikap atau perilaku yang negatif dan seseorang terpaksa taat dari situasi yang sengaja diciptakan pengendali
4. Pervasi yaitu nilai dan norma disampaikan atau dimasukkan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan melekat dalam jiwa seseorang sehingga akan terbentuk sikap yang diharapkan

 Bentuk-bentuk pengendalian sosial
1. cemooh 6. pendidikan
2. desas desus 7. agama
3. ostrasisme (pengucilan) 8. intimidasi
4. fraundulens (pihak ketiga) 9. kekerasan fisik
5. teguran 10. hukuman

Fungsi Pengendalian Sosial
1. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma
2. Memberikan imbalan kepada warga yang mentaati norma
3. Mengembangkan rasa malu
4. Mengembangkan rasa takut
5. Menciptakan sistem hukum
Pengendalian sosial dapat dilaksanakan melalui
1. Sosialisasi
Sosialisai dilakukan agar anggota masyarakat bertingkah laku seperti yang diharapkan tanpa melalui jalur formal dan informal
2. Tekanan Sosial
Tekanan Sosial perlu dilakukan agar masyarakat sada dan mau menyesuaikan diri dengan aturan kelompok. Masyarakat dapat memberikan sanksi terhadap individu yang melanggar aturan kelompok

Peranan Pranata Sosial paksaan.
Usaha penanaman pengetian tentang nilai dan norma kepada anggota masyarakat diberikan dalam Pengendalian Sosial :
1. Polisi
Polisi merupakan salah satu pranata sosial yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban
2. Pengadilan
Unsur pengadilan terdiri dari hakim, jaksa, panitera, pengacara dan polisi
Unsur-unsur tersebut bertugas menyelenggarakan pengadilan terhadap individu yang melanggara norma hukum yang berlaku
3. Adat
Adat merupakan tata kelakuan yang kuat sehingga merupakan hukum non formal bagi masyarakat. Ketika terjadi pelanggaran terhadap adat maka masyarakat akan memberikan cemooh, gunjingan hingga pengucilan
4. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat adalah seseorang yang dianggap mempunyai kelebihan tertentu dan menjadi penuntun di masyarakat sekitarnya
5. Sekolah
Sekolah merupakan cara pengendalian yang efektif karena merupakan media sosialisasi yaitu wadah pembelajaran siswa dalam bertingkahlaku. Di sekekolah siswa dapat melakukan pembiasaan dan tersistimatis. Adapun pelaksanaannya juga terprogram menurut kurikulum tertentu
6. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pengendalian secara non formal dan keluarga juga merupakan media sosialisasi. Dalam keluarga orang tua mengendalikan perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dengan cara mendidik, mensosialisasi, menasehati, menegur dan bahkan menghukum agar anak kembali mematuhi nilai dan norma yang berlaku


SOAL UJIAN NASIONAL
1. Seorang polisi menilang seorang pengendara motor karena tidak memakai helm dengan maksud untuk menciptakan keteraturan sosial di masyarakat. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari....
a. ketertiban sosial
b. pengendalian sosial
c. perilaku menyimpang
d. sosialisasi norma
e. hukuman sosial
Jawab : B
Pengendalian Sosial (social control) adalah segenap cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, mendidik, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
Dengan demikian tujuan pengendalian sosial adalah
1. agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku, baik dengan kesadaran sendiri maupun karena paksaan
2. agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat
3. bagi yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma-norma yang berlaku


2. Rudi yang bolos sekolah satu kali dicap pembolos oleh gurunya. Julukan sebagai pembolos dari gurunya juga diikuti oleh teman-temannya. Karena perlakuan dari guru dan teman-temannya yang mencap Rudi sebagai pembolos, maka ia kemudian mengulang perbuatannya secara terus-menerus. Terjadinya perilaku menyimpang tersebut sesuai dengan teori ....
a. labeling
b. perilaku
c. anomi
d. fungsi
e. konflik
Jawab: A
Teori labeling dipelopori oleh Edwin M. Lemert yang menyatakan bahwa seseorang yang melakukan penyimpangan pada tahap awal (primer) lalu oleh masyarakat sudah diberi cap sebagai penyimpang maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder (tahap lanjut) dengan alasan terlanjur ”kepalang basah”

3. Jenis pengendalian sosial yang menekankan pada tindakan atau ancaman dengan menggunakan kekuatan fisik antara lain....
a. hukuman
b. desas-desus
c. pelatihan
d. pendidikan
e. teguran
Jawab: A
Hukuman adalah jenis pengendalian yang menggunakan fisik. Hukuman yang mungkin diterapkan apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri

4. Remaja yang sedang mengalami stress berat berupaya untuk menghilangkan kekalutannya dengan mengkonsumsi narkoba. Penyimpangan yang dilakukan remaja tersebut dapat diancam dengan sanksi berat karena termasuk penyimpangan....
a. primer
b. sekunder
c. positif
d. negatif
e. gaya hidup
Jawab: B
Penyimpangan sekunder adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang dengan ciri-ciri:
a. gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
b. masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.

5. Seorang anak mengalami keterbatasan komunikasi dengan kedua orang tuanya. Setiap hari, ibu dan ayah anak ini sangat sibuk karena harus mengurus perusahaannya. Keterbatasan perhatian dan komunikasi dengan orang tuanya membuat anak ini tidak dapat memahami nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga anak tersebut berbeda atau menyimpang dari kebiasaan masyarakat.
Proses pembentukan perilaku menyimpang anak tersebut terjadi karena....
a. asosiasi diferensiasl
b. sosialisasi yang tidak sempurna
c. pemberian label/cap sebagai penyimpang
d. sosialisasi dengan subkultur menyimpang
e. gangguan mental atau jiwa individu
Jawab: B
Sosialisasi yang tidak sempurna adalah ketidakmampuan individu menyerap nilai dan norma yang diajarkan. Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil mendalami norma-norma dalam masyarakat. Keluarga adalah lembaga yang paling bertanggungjawab atas penanaman norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga. Ketika keluarga tidak berhasil mendidik anggotanya, maka yang terjadi adalah penyimpangan perilaku

6. Seorang ibu menasehati putranya untuk berhati-hati dalam memilih teman bergaulnya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Contoh tersebut merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat....
a. represif
b. kuratif
c. preventif
d. persuasif
e. korektif
Jawab: C
Pengendalian sosial secara preventif adalah usaha yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang

7. Setiap malam Ani selalu keluar, maka ia pun kemudian digosipkan sebagai wanita nakal. Mendengar dirinya digosipkan sebagai wanita nakal, maka ia pun tidak suka lagi keluar malam. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa gosip dapat berfungsi sebagai alat....
a. pelapisan sosial
b. diferensiasi sosial
c. pengendalian sosial
d. perubahan sosial
e. sosialisasi efektif
Jawab: C
Bentuk pengendalian sosial desas-desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan kenyataan. Biasanya setelah mendapat gosip individu tersebut akan merasa malu dan bersalah sehingga akan lebih berhati-hati dalam bertindak
»»  READMORE...

Perilaku Menyimpang


Ringkasan
A. Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Perilaku menyimpang ditentukan batasannya oleh norma-norma kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu budaya sehingga pengertian perilaku menyimpang berbeda-beda di setiap masyarakat.
Ada dua proses pembentukan perilaku menyimpang yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
Perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda. Pergaulan dengan kawan yang kurang baik mengakibatkan perilaku menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna
Proses ini terjadi karena nilai dan norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi sehingga orang tidak mempertimbangkan resiko dan melakukan penyimpangan

B. Bentuk-Bentuk Penyimpangan
Perilaku menyimpang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. perilaku menyimpang primer, bersifat sementara dan masyarakat masih bisa menerima
2. perilaku menyimpang sekunder, secara khas dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi dominan dalam kehidupan pelaku dan dikenal umum oleh masyarakat

Robert M.Z Lawang mengemukakan macam penyimpangan yaitu:
1. Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kejahatan atau kriminal
2. Penyimpangan seksual
3. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup, misalnya penjudi, pemabok
4. Penyimpangan dalam bentuk konsumsi yang berlebih, misalnya alkoholisme
Light, Keller dan Calhoun membedakan tipe kejahatan menjadi:
1. Kejahatan tanpa korban, misalnya konsumsi narkoba
2. Kejahatan terorganisir, misalnya perdagangan perempuan, sindikat, mafia peradilan
3. Kejahatan kerah putih, yaitu kejahatan yang dilakuakn oleh orang yang memiliki kedudukan dan pengetahuan tinggi, misalnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, korupsi
4. Kejahatan koorporat, yaitu kejahatan yang dilakukan atas nama perusahaan yang bertujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian, misalnya pembuangan limbah di laut, kejahatan terhadap konsumen
Berdasarkan banyaknya pelaku penyimpangan dibedakan menjadi:
1. penyimpangan individual
2. penyimpangan kelompok
3. penyimpangan campuran

C. Teori-teori Perilaku Menyimpang
Teori Differential Association (kelompok yang berbeda) oleh Edward H. Sutherland
Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok dan budaya. Misalnya seseorang yang ingin berprofesi sebagai perampok maka ia mempelajari (berinteraksi) cara-cara merampok dengan teman-temannya yang terlebih dahulu jadi perampok

Teori Labelling dari Edwin M. Lemert
Menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangannya primer, tetapi adanya julukan membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.

Teori Psikologi dari Sigmud Freud
Perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif. Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai dan norma dan berfungsi sebagai suara hati

Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut K Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan yang menyimpang.
Tipologi adaptasi individu dari K Merton
No Cara-cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-cra yang Melembaga
1.
2
3
4
5 Konformitas
Inovasi
Ritualisme
Retrealisme (pengunduran diri)
Rebellion (pemberontakan) +
+
-
-
+ +
-
+
-
+
Keterangan:
+ : menunjukan sikap menerima
- : sikap menolak
+ : penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku dan berupaya mengganti dengan nilai-nilai baru

Teori Fungsi dari Emile Durkheim
Menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal

D. Sebab-sebab Perilaku Menyimpang
1. sikap mental yang tidak sehat
2. keluarga yang broken home
3. pelampiasan rasa kecewa
4. pengaruh lingkungan dan media massa
5. dorongan kebutuhan ekonomi
6. keinginan untuk dipuji atau gaya-gayaan
7. proses belajar yang menyimpang
8. ketidaksanggupan menyerap norma budaya
9. adanya ikatan sosial yang berlebihan
10. akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
11. akibat kegagalan dalam proses sosialisasi
Media pembentukan perilaku menyimpang dapat diperoleh melalui keluarga, lingkungan tempat tinggal, kelompok bermain dan media massa
»»  READMORE...

Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian

B.1 Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Terdapat banyak definisi mengenai sosialisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
a. Macionis (1997 : 123) menyebutkan sosialisasi sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan.
b. Horton & Hunt (1987 : 89) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang menginternalisasikan norma-norma kelompok tempat ia hidup, sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik.
c. Giddens (1994 : 60) melukiskan proses sosialisasi sebagai sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri, pribadi yang berpengetahuan, dan terampil akan cara hidup dalam kebudayaan tempat ia tinggal.
d. Ritcher Jr (1987 : 139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya.
e. Stewart (1985 : 93) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh kepercayaan, sikap, nilai dan kebiasaan dalam kebudayaannya.
f. Broom & Selznic (1961 : 79) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses membangun atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam sosialisasi terjadi saling pengaruh antara individu beserta segala potensi kemanusiannya, dengan masyarakat beserta kebudayaannya. Melalui proses sosialisasi individu menyerap pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, norma, sikap, dan ketrampilan-ketrampilan dari kebudayaan masyarakatnya. Hasilnya adalah berkembangnya kepribadian seseorang menjadi satu pribadi yang unikdan kebudayaan masyarakat terpelihara melalui proses sosialisasi.
2. Proses Sosialisasi
Sosialisasi terjadi melalui interaksi antarmanusia. Hal-hal yang disosialisasikan dalam proses tersebut adalah pengetahuan, nilai, dan norma serta ketrampilan hidup. Pengetahuan disosialisasikan melalui pendidikan dan pengajaran baik secara formal maupun nonformal, sehingga terjadi proses internalisasi atau penerimaan sepenuhnya atas nilai dan norma sosial untuk menjadi bagian dari sisitem nilai dan norma yang ada padi diri masing-masing individu.
Proses sosialisasi dibedakan menjadi menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer adalah ng individu sosialisasi pertama yang dijalani oleh seorang individu semasa kanak-kanak dan berfungsi mengantarkan mereka memasuki kehidupan sebagai anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah sosialisasi lanjutan dimana seseorang menjalani sosialisasi disektor-sektor kehidupan nyata dalam masyarakat seperti sekolah, tempat kerja dan lain sebagainya.
Dari segi caranya, sosialisasi yang berlangsung didalam keluarga dibedakan pula menjadi sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatif . Sosialisasi represif adalah proses sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan hukuman, komunikasi satu arah dan kepatuhan penuh anak-anak pada orang tua dan peran dominasi orang tua dalam proses tersebut. sosialisasi partisipatif adalah sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan motivasi, komunikasi timbale balik, penghargaan terhadap otonomi anak dan sharing tanggung jawab dalam proses tersebut.
3. Tujuan Sosialisasi
Pada dasarnya sosialisasi bertujuan untuk :
a. Menumbuhkan disiplin dasar.
b. Menanamkan aspirasi atau cita-cita.
c. Mengajarkan peran-peran sosial dan sikap-sikap penunjangnya.
d. Mengajarkan ketrampilan sebagai persiapan dasar untuk berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi.
Sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a. Kesiapan atau kematangan pribadi seseorang.
b. Lingkungan atau sarana sosialisasi yang meliputi interaksi dengan sesama, bahasa, dan cinta atau kasih saying.
c. Cara sosialisasi.
5. Agen-Agen Sosialisasi
Agen-agen yang turut memberikan andil dalam proses sosialisasi seorang individu meliputi :
a. Keluarga; berfungsi untuk menjaga dan memelihara anak, tempat awal persemaian nilai dan norma, tempat persemaian citra atau kasih saying dan tempat perlindungan bagi anggota keluarga.
b. Sekolah; berfungsi menyiapkan anak-anak untuk menyongsong masa depan, membantu perkembangan potensi anak sebagai pribadi yang utuh dan makhluk sosial yang bermanfaat bagi kehidupan sosial.
c. Peer Groups/Kelompok Teman Sebaya
d. Media Massa seperti televise, radio, film, surat kabar dan internet.
e. Tempat kerja
f. Negara

B.2 Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Menurut Horton (1982 : 12) kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan tempramen seseorang. Sedangkan Schaefer & Lamm (1998 : 97) mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan perilaku seseorang.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian seseorang berkembang melalui interaksi diantara banyak faktor yaitu :
a. Warisan biologis (faktor hereditas)
b. Lingkungan fisik
c. Kebudayaan pengalaman hidup dalam kelompok
d. Pengalaman unik atau khas
3. Tahap-Tahap perkembangan Kepribadian
Menurut Eric Erikson, perkembangan kepribadian seseorang itu berlangsung melaluidelapan tahapan yang perpindahannya ditandai oleh adanya krisis jati diri atau identitas. Delapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut ;
a. Tahap bayi
b. Tahap anak-anak
c. Tahap awal kesadaran diri
d. Tahap remaja sampai akhir hidup
»»  READMORE...

Kamis, 22 Desember 2011

Interaksi sosial

A. Pengertian interaksi sosial
1. Kimball Young & Raymond W. Mack
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
2. Basrowi
Interaksi sosial adlah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, orang dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok manusia.
• Interaksi antara inividu dengan individu
a) Interaksi yang konkret, contohnya: bertemu langsung dan ada saling respon
b) Interaksi tidak konkret, contohnya: lewat jejaring sosial
• Interaksi antara individu dengan kelompok
Biasanya ada pada benturan kepentingan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompok. Contohnya, kegiatan belajar mengajar di kelas antara guru dan muridnya.
• Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi ini terjadi pada kelompok sebagai kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.
B. Syarat terjadinya interaksi sosial
Syarat dari adanya interaksi sosial adalah:
1. Adanya kontak sosial
Kontak disini artinya tidak berarti saling menyentuh secara fisik belaka. Kontak juga bisa tanpa saling menyentuh. Misalnya saja, seorang polisi dalam tugas pengejaran sekelompok pencuri melakukan kontak dengan markas komando untuk meminta bantuan personil.
Kontak berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan masing-masing. Artinya, kontak memerlukan kerja sama kedua belah pihak. Di zaman saat ini, kontak bisa dilakukan melalui media elektronik yang canggih seperti pesawat telepon, facebook, e-mail, chatting, koran, televisi dan lain-lain.
Wujud kontak sosial:
Dilihat dari wujudnya, kontak sosial ada ada tiga yaitu:
a. Kontak antarindividu
Contoh:
Kontak antara anak dengan orangtuanya, kontak antara dokter dengan pasien, dan lainnya.
b. Kontak antarkelompok
Contoh:
Kontak antara duaperusuhan dalam hubungan bisnis, kontak antara dua kesebelasan di lapangan untuk memperebutkan kejuaraan tertentu.
c. Kontak antara individu dengan suatu kelompok
Contoh:
Kontak antara seorang calaon anggota dengan para anggota organisasi yang akan dimasukinya. Kontak antara seorang pembicara (penceramah) dan peserta dalam sebuah seminar.
Kontak sosial langsung-tidak langsung. Dilihat dari langsung tidaknya kontak itu terjadi, kontak sosial dibedakan menjadi berikut:
1) Kontak primer
Kontak primer yaitu hubungan tombal balik yang terjadi secara langsung. Kontak seperti itu disebut juga kontak langsung.
Contoh:
Tatap muka, berjabat tangan, saling melirik, dan tersenyum.
2) Kontak sekunder
Kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik. Kontak seperti itu disebut dengan kontak secara tidak langsung.
Contoh:
 Yanto meminta tolong kepada joko untuk mengajak erna untuk bergabung ke dalam diskusinya karena dia tidak masuk saat pembagian kelompok diskusi.
 Seorang pemain sepak bola terkenal meminta asisten pribadinya untuk menyampaikan pesan-pesan kepada penggemarnya dalam suatu acara jumpa fans.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu penyampaian pesan dfalam bentuk apapun dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya komunikasi dilakukan dengan lisan, tapi ada juga yang melakukannya dengan gerak badan, misalnya tersenyum, melambaikan tangan, menggelengkan kepala, dan lain-lain. Cara tersebut disebut dengan bahjas nonverbal atau bahas isyarat.
Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik setidaknya ada beberapa komponen komunikasi, diantaranya:
a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
b. Penerima atau komunikan ( receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
c. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak ke pihak lain.
d. Umpan balik (feed back) adalah tanggapan dari penerima pesan tas isi pesan yang disampaikannya.
3. Tindakan sosial
Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya namun tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai sebuah tindakan sosial. Tindakan itu dapat dianggap tindakan sosial ketika sebuah tindakan tersebut dapat mempengaruhi orang lain yang ada disekitarnya. Artinya, tindakan sosial adalah suatu perbuatan atau aktivitas manusia yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain.
Menurut Talcott Parson, disebutkan bahwa ada tiga komponen yang mendasari adanya tindakan sosial, diantaranya:
 Tindakan itu diarahkan pada tujuannya atau memiliki suatu tujuan tertentu.
 Tindakan tersebut terjadi dalam suatu kondisii atau situasi diman beberpa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak sebagai alat menuju tujuan.
 Secara normatif, tindakan diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan.
Ada beberpa jenis-jenis tindakan sosial, diantaranya:
a) Tindakan subjektif
a) Arti dan pemahaman yang dimiliki oleh pelaku sendiri.
b) Pengalaman pribadi yang tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain, meskipun sangat riil bagi orang yang bersangkutan.
b) Tindakan objektif
a) Pengalaman subjektif dari seseorang yang dapat dimengerti orang lain karena dialami secara meluas dan dapat dikomunikasikan.
b) Pengalaman pribadi yang juga dialami oleh orang lain dan dapat dilihat secara objektif.
Tipe-tipe tindakan sosial ada empat jenis, diantaranya:
1) Rasional instrumental
Tindakan yang meliputu pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tindakan itu dan lat yang dipergunakan untuk mencapai tukuan. Misalnya, seorang yang belanja di supermarket dengan teliti memlilih barang-barang yang diperlukan.
2) Rasionalitas yang berorientasi nilai
Tindkan yang tanpa memperhitungkan terlebih dahulu manfaat dab tujuan serta yang dipersoalkan hanya cara pencapaian tujuan. Misalnya tindakan guru mengajar dan murid mendengarkan.
3) Tindakan tradisional
Tindakan yang tidak bersifat rasional dan tujuan serta prosesnya tidak diperhitungkan oleh pelaku. Mislanya, hormat kepada orang tua.
4) Tindakan afektif
Tindakan afektif, yaitu tindakan yang dilakukan atas dasar perasaan ( afeksi ). Misalnya nangis bila sedih dan terawa bila senang.
C. Faktor pendorong interaksi sosial
Adanya suatu interaksi sosial disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus yang mendorong seseorang untuk memberikan respon. Adapun faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial adalah imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati, dan motivasi. Setiap faktor dapat bergerak sendiri atau bisa juga saling berdampingan.
1. Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru uatau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi akan menjadi positif apabila mendporong seseorang untuk melakukan da memetuhu kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Akan menjadi negatif jika yang dicontoh itu adalah perbuatan menyimpang. Selain itu juga semakin melemahnya kreativitas akibat kebiasaan meniru terus menerus, sehingga dia tidak dapat berkreativits sendiri.
2. Sugesti adalah pendapat, pandangan, atau sikap yang diberikan kepada orang lain dan diterima sebalah pihak lain sehingga pihak lain mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Secara umum faktor yang mendorong sugesti adalah sebagai berikut:
a. Kelompok idola
b. Reklame atau propoganda
c. Orang dewasa yang memilki pengaruh, karismatik, atau wibawa.
d. Orang-orang yang memilki kedudukan tinggi dalam masyarakat.
Adapun faktor-faktor orang mudah tersugesti adalah sebagai berikut:
a. Tidak mampu berpikir kritis dengan menggunakan akal sehatnya.
b. Pikiran yang kacau, stres, tertekan dan bercabang.
c. Kuatnya pengaruh pihak pemberi sugesti
d. Adanya dukungan dari kelompok mayoritas
e. Adanya pengaruh yang berulang-ulang.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu dorongan untuk identik (sama) dengan orang lain. Pelaku berusaha menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, bahkan lebih jauh lagi berusaha mengambil semua nilai dan kepercayaan orang lain menjadi nilai dan kepercayaannya sendiri. Bisanya dalam identifikasi, terdapat figur yang sangat ideal. Proses identifikasi juga dapat membentuk kepribadian seseorang.
4. Simpati
Simpati adalah rasa tertarik kepada orang lain dan seolah-olah membuat orang lain tersebut berada dalam keadaan tersebut. Prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Dalam beberpa hal, simpati hampir mirip dengan identifikasi, yakni sama-sama cenderung menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaanya terletak pada faktor perasaan sebagai pendorong utama tanpa memandang status dan kedudukannya sedangkan identifikasi didorong untuk menyamakan dengan pihak lain.
5. Empati
Empati adalah perasaan yang mendalam terhadap orang lain atau kelompok lain. Pengaruh empati lebih tinggi daripada simpati. Proses ini sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang karena didorong oleh adanya pertalian darah, pertemanan, perasaan kemanusiaan.
6. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, pengaruh, stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara sehingga orang yang diberi motivasi, menuruti apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab.
»»  READMORE...

Contoh RPP Sosiologi kelas X/1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Slawi
Kelas : X
Semester : Satu (1)
Mata Pelajaran : Sosiologi
Jumlah Pertemuan : 2 X Pertemuan

A. Standar Kompetensi :
Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 
B. Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola ketaraturan dan dinamika kehidupan sosial
C. Indikator :
• Mendefinisikan interaksi sosial
• Menjelaskan syarat-syarat terjadinya Inteaksi sosial
• Menjelaskan faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
• Memberikan contoh interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat
D. Tujuan Pembelajaran
• Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mendefinisikan interaksi sosial
• Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat menjelaskan syrat-syarat terjadinya interaksi sosial
• Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat menjelaskan factor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
• Setelah melakukan diskusi, siswa dapat memberikan berbagai interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Mengidentifikasikan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
E. Materi Pembelajaran: Hakekat Interaksi sosial
1. Pengertian interaksi sosial
2. Syarat terjadinya inteaksi sosial
3. Faktor pendorong intaksi sosial
F. Alokasi Waktu : 2X 45 menit (90 menit)
G. Model Pembelajaran: Example Non Examples
H. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Keterangan
1 Pendahuluan
a. Apersepsi
Guru menanyakan kepada siswa tentang hal yang berkaitan dengan interaksi sosial
b. Motivasi
Guru menjelaskan materi tentang interaksi sosial dalam masyarakat.
c. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
d. Menyampaikan cakupan materi 10 menit
2 Kegiatan Inti
1. Guru mempersiapkan gambar
2. Guru menempelkan gambar atau menayangkan gambar menggunakan LCD
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang, siswa menganalisis gambar dan mencatat analisisnya dalam kertas kerja
5. Siswa mendiskusikan syarat-syarat dan faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial sesuai pada gambar yang telahh diamatinya
6. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa yang lain bisa menanggapi hasil diskusi kelompok.
7. Melalui hasil diskusi dan komentar siswa, guru menjelaskan materi sesuai dengan indikator dalam KD
8. Guru menjelaskan hakikat interaksi sosial dan faktor-faktor pendorong interaksi sosial.
9. Guru membuat kesimpulan tentang hasil diskusi kelompok. 65 menit
3 Penutup
a. Merangkum
Siswa dan guru membuat rangkuman bersama mengenai materi yang sudah dipelajari yaitu hakekat interaksi sosial terutama tentang pengertian interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, serta faktor pendorong terjadinya interaksi sosial.
b. Refleksi
Siswa dan guru membuat rangkuman tentang hakekat interaksi sosial, syarat-syarat, dan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat. Siswa mencatat beberapa hal yang penting.
c. Umpan balik
Guru melakukan flash back tetntang materi yang sudah dijelaskn sebelumnya dengan mengadakan tanya jawab secara acak kepada siswa sehingga siswa pada nantinya memahami akan materi yang sudah dipelajarinya.
d. Penugasan
Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 15 menit

I. Metode Pembelajaran
1. Informasi
2. Kerja mandiri
3. Eksplorasi
4. diskusi
J. Media Pembelajaran:
1. Gambar-gambar interaksi sosial dari berbagai masyarakat
2. Video orang yang sedang melakukan percakapan
3. Power point
K. Sumber Bahan:
1. Buku sosiologi SMA kelas X Erlangga hal. 70-75
2. Buku Sosiologi Bilingual kelas X Yrama Widya hal. 61-76
3. Lembar kerja siswa
4. Media massa, seperti majalah, koran, atau buku-buku tambahan
L. Penilaian
1. Membuat pengertian tentang interaksi sosial menurut pendapat sendiri.
2. Melakukan pengamatan terhadap interaksi sosial dalam masyarakat di sekitar tempat tinggal secara kelompok.
3. Penilaian hasil diskusi secara kelompok.


 
  Semarang, 13 Desember 2011
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran


Totok Rochana, Mujibatul Latifah
  (3401409009)





Lampiran 1
Bahan Ajar
A. Pengertian interaksi sosial
1. Kimball Young & Raymond W. Mack
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
2. Basrowi
Interaksi sosial adlah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, orang dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok manusia.
• Interaksi antara inividu dengan individu
a) Interaksi yang konkret, contohnya: bertemu langsung dan ada saling respon
b) Interaksi tidak konkret, contohnya: lewat jejaring sosial
• Interaksi antara individu dengan kelompok
Biasanya ada pada benturan kepentingan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompok. Contohnya, kegiatan belajar mengajar di kelas antara guru dan muridnya.
• Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi ini terjadi pada kelompok sebagai kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.
B. Syarat terjadinya interaksi sosial
Syarat dari adanya interaksi sosial adalah:
1. Adanya kontak sosial
Kontak disini artinya tidak berarti saling menyentuh secara fisik belaka. Kontak juga bisa tanpa saling menyentuh. Misalnya saja, seorang polisi dalam tugas pengejaran sekelompok pencuri melakukan kontak dengan markas komando untuk meminta bantuan personil.
Kontak berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan masing-masing. Artinya, kontak memerlukan kerja sama kedua belah pihak. Di zaman saat ini, kontak bisa dilakukan melalui media elektronik yang canggih seperti pesawat telepon, facebook, e-mail, chatting, koran, televisi dan lain-lain.
Wujud kontak sosial:
Dilihat dari wujudnya, kontak sosial ada ada tiga yaitu:
a. Kontak antarindividu
Contoh:
Kontak antara anak dengan orangtuanya, kontak antara dokter dengan pasien, dan lainnya.
b. Kontak antarkelompok
Contoh:
Kontak antara duaperusuhan dalam hubungan bisnis, kontak antara dua kesebelasan di lapangan untuk memperebutkan kejuaraan tertentu.
c. Kontak antara individu dengan suatu kelompok
Contoh:
Kontak antara seorang calaon anggota dengan para anggota organisasi yang akan dimasukinya. Kontak antara seorang pembicara (penceramah) dan peserta dalam sebuah seminar.
Kontak sosial langsung-tidak langsung. Dilihat dari langsung tidaknya kontak itu terjadi, kontak sosial dibedakan menjadi berikut:
1) Kontak primer
Kontak primer yaitu hubungan tombal balik yang terjadi secara langsung. Kontak seperti itu disebut juga kontak langsung.
Contoh:
Tatap muka, berjabat tangan, saling melirik, dan tersenyum.
2) Kontak sekunder
Kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik. Kontak seperti itu disebut dengan kontak secara tidak langsung.
Contoh:
 Yanto meminta tolong kepada joko untuk mengajak erna untuk bergabung ke dalam diskusinya karena dia tidak masuk saat pembagian kelompok diskusi.
 Seorang pemain sepak bola terkenal meminta asisten pribadinya untuk menyampaikan pesan-pesan kepada penggemarnya dalam suatu acara jumpa fans.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu penyampaian pesan dfalam bentuk apapun dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya komunikasi dilakukan dengan lisan, tapi ada juga yang melakukannya dengan gerak badan, misalnya tersenyum, melambaikan tangan, menggelengkan kepala, dan lain-lain. Cara tersebut disebut dengan bahjas nonverbal atau bahas isyarat.
Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik setidaknya ada beberapa komponen komunikasi, diantaranya:
a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
b. Penerima atau komunikan ( receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
c. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak ke pihak lain.
d. Umpan balik (feed back) adalah tanggapan dari penerima pesan tas isi pesan yang disampaikannya.
3. Tindakan sosial
Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya namun tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai sebuah tindakan sosial. Tindakan itu dapat dianggap tindakan sosial ketika sebuah tindakan tersebut dapat mempengaruhi orang lain yang ada disekitarnya. Artinya, tindakan sosial adalah suatu perbuatan atau aktivitas manusia yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain.
Menurut Talcott Parson, disebutkan bahwa ada tiga komponen yang mendasari adanya tindakan sosial, diantaranya:
 Tindakan itu diarahkan pada tujuannya atau memiliki suatu tujuan tertentu.
 Tindakan tersebut terjadi dalam suatu kondisii atau situasi diman beberpa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak sebagai alat menuju tujuan.
 Secara normatif, tindakan diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan.
Ada beberpa jenis-jenis tindakan sosial, diantaranya:
a) Tindakan subjektif
a) Arti dan pemahaman yang dimiliki oleh pelaku sendiri.
b) Pengalaman pribadi yang tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain, meskipun sangat riil bagi orang yang bersangkutan.
b) Tindakan objektif
a) Pengalaman subjektif dari seseorang yang dapat dimengerti orang lain karena dialami secara meluas dan dapat dikomunikasikan.
b) Pengalaman pribadi yang juga dialami oleh orang lain dan dapat dilihat secara objektif.
Tipe-tipe tindakan sosial ada empat jenis, diantaranya:
1) Rasional instrumental
Tindakan yang meliputu pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tindakan itu dan lat yang dipergunakan untuk mencapai tukuan. Misalnya, seorang yang belanja di supermarket dengan teliti memlilih barang-barang yang diperlukan.
2) Rasionalitas yang berorientasi nilai
Tindkan yang tanpa memperhitungkan terlebih dahulu manfaat dab tujuan serta yang dipersoalkan hanya cara pencapaian tujuan. Misalnya tindakan guru mengajar dan murid mendengarkan.
3) Tindakan tradisional
Tindakan yang tidak bersifat rasional dan tujuan serta prosesnya tidak diperhitungkan oleh pelaku. Mislanya, hormat kepada orang tua.
4) Tindakan afektif
Tindakan afektif, yaitu tindakan yang dilakukan atas dasar perasaan ( afeksi ). Misalnya nangis bila sedih dan terawa bila senang.
C. Faktor pendorong interaksi sosial
Adanya suatu interaksi sosial disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus yang mendorong seseorang untuk memberikan respon. Adapun faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial adalah imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati, dan motivasi. Setiap faktor dapat bergerak sendiri atau bisa juga saling berdampingan.
1. Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru uatau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi akan menjadi positif apabila mendporong seseorang untuk melakukan da memetuhu kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Akan menjadi negatif jika yang dicontoh itu adalah perbuatan menyimpang. Selain itu juga semakin melemahnya kreativitas akibat kebiasaan meniru terus menerus, sehingga dia tidak dapat berkreativits sendiri.
2. Sugesti adalah pendapat, pandangan, atau sikap yang diberikan kepada orang lain dan diterima sebalah pihak lain sehingga pihak lain mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Secara umum faktor yang mendorong sugesti adalah sebagai berikut:
a. Kelompok idola
b. Reklame atau propoganda
c. Orang dewasa yang memilki pengaruh, karismatik, atau wibawa.
d. Orang-orang yang memilki kedudukan tinggi dalam masyarakat.
Adapun faktor-faktor orang mudah tersugesti adalah sebagai berikut:
a. Tidak mampu berpikir kritis dengan menggunakan akal sehatnya.
b. Pikiran yang kacau, stres, tertekan dan bercabang.
c. Kuatnya pengaruh pihak pemberi sugesti
d. Adanya dukungan dari kelompok mayoritas
e. Adanya pengaruh yang berulang-ulang.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu dorongan untuk identik (sama) dengan orang lain. Pelaku berusaha menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, bahkan lebih jauh lagi berusaha mengambil semua nilai dan kepercayaan orang lain menjadi nilai dan kepercayaannya sendiri. Bisanya dalam identifikasi, terdapat figur yang sangat ideal. Proses identifikasi juga dapat membentuk kepribadian seseorang.
4. Simpati
Simpati adalah rasa tertarik kepada orang lain dan seolah-olah membuat orang lain tersebut berada dalam keadaan tersebut. Prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Dalam beberpa hal, simpati hampir mirip dengan identifikasi, yakni sama-sama cenderung menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaanya terletak pada faktor perasaan sebagai pendorong utama tanpa memandang status dan kedudukannya sedangkan identifikasi didorong untuk menyamakan dengan pihak lain.
5. Empati
Empati adalah perasaan yang mendalam terhadap orang lain atau kelompok lain. Pengaruh empati lebih tinggi daripada simpati. Proses ini sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang karena didorong oleh adanya pertalian darah, pertemanan, perasaan kemanusiaan.
6. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, pengaruh, stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara sehingga orang yang diberi motivasi, menuruti apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab.





Lampiran 2.
Media Pembelajaran
 



Lampiran 3.
EVALUASI
A. Tes tulis
1. Hubungan timbal balik yang terjadi antar individu, antar individu dan kelompok, serta antar kelompok sehingga salinhg mmempengaruhi disebut dengan....
a. Status sosial
b. Kelompok sosial
c. Interaksi sosial
d. Komunikasi sosial
e. Kontak sosial
2. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok adalah pandangan dari....
a. Auguste Comte
b. Kimball Young dan Raymond W. Mack
c. Piitirim a. Sorokin
d. Roucek
e. J.A.a Van Doorn
3. Seseorang melempar batu kesungai dan mengenai kepala seseorang yang sedang menyelam di sungai tersebut. Tindakan tersebut termasuk...
a. Proses sosial d. Konsep sosial
b. Kejadian sosial e. Tindakan sosial
c. Tipe kelompok sosial
4. Tindakan rasional berorientasi nilai selalu mengutamakan....
a. Tujuan d. Perasaan
b. Manfaat e. Cara yang digunakan
c. Kebiasaan
5. Kecenderungan dlam diri seseorang untuk melakukan serupa dengan orang lain disebut dengan....
a. Simpati
b. Identifikasi
c. Imitasi
d. Sugesti
e. Antipati
6. Kerjasama antara karyawan suatu pabrik dengan pengusaha secara tatap muka dalam rangka memproduksi suatu barang daganagn termasuk interaksi sosial secara....
a. Langsung d. Tidak langsung
b. Lewat orang lain e. perantara
c. Sekunder
7. Termasuk contoh tindakan sosial efektif adalah....
a. Membeli laptop untuk kebutuhan sekolah
b. Ceramah agam di tempat ibadah
c. Memberi hormat kepada orang yang lebih tua
d. Ibu memberi ASI kepada anaknya
e. Membaca koran setiap pagi
8. Salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah....
a. Cooperation
b. Akomodasi
c. Identifikasi
d. Kompetisi
e. Rehabilitasi
9. Pertemuan yang dilakukan oleh pengurus OSIS antar sekolah termasuk interaksi sosial yang berlangsung antara....
a. Kelompok dengan kelompok d. Kelompok dengan individu
b. Individu dengan kelompok e. Antar kelompok itu saja
c. Individuu dengan individu
10. Menjaga hubungan kekerabatan berdasarkan garis keturunan termasuk tindakan sosial....
a. tradisional d. iirasional
b. instrumental e. Rasional
c. emosional
B. Diskusi


Gambar interaksi sosial dalam masyarakat
Diskusikan secara kelompok!
a. Tindakan sosial apa yang sedang dilakukan oleh kedua gambar di atas?
b. Analisislah sesuai dengan pengamatanmu!
Format penilaian diskusi kelompok:
No Nama ASPEK PENILAIAN Total nilai Presentasi
  Sikap Keaktifan Wawasan Kemampuan mengemukakan pendapat Kerja sama


 
*Jumlah skor maksimal 100


Lembar observasi diskusi kelompok:
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Skor/ Jumlah
  1 2 3 4 5 6




 

Aspek yang dinilai:
1. Kemampuan berpendapat
2. Kemampuan berargumentasi
3. Kemampuan memberikan kritik
4. Kemampuan mengajukan pertanyaan
5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik
6. Kelancaran berbicara
Penskoran:
Skor 1: tidak baik
Skor 2: kurang baik
Skor 3: cukup baik
Skor 4: baik
Skor 5: sangat baik







KUNCI JAWABAN PILIHAN GANDA
1. C 6. A
2. B 7. D
3. E 8. C
4. A 9. A
5. B 10. A

»»  READMORE...

Kamis, 15 Desember 2011

Konflik dan Integrasi Sosial

DAMPAK DARI KONFLIK

A. Dampak positif Yang ditimbulkan dari konflik
1. Meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompok (lu-group) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
Di dalam sebuah masyarakat yang mengalami disintegrasi, konflik yang terjadi di dalam masyarakat tersebut akan mengembalikan tingkat integrasi masyarakat terseebut. Itulah sebabnya ahli propaganda akan berusaha menciptakan musuh bersama untuk menyatukan masyrakat/para pengikutnya yang terpecah-pecah.
2. Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru. Dan dapat memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan sosial dalam kelompok yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
3. Dampak memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas. Melalui konflik, masing-masing pihak menjadi semakin yakin akan posisi lawannya. Mereka juga semakin memahami posisi dan batasan di antara mereka. Konflik akan menumbuhkan kesadaran mengenai siapa diri mereka sehingga dapat meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal yang dipersengketakan dengan konflik.
4. Konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara kelompok dominan dan kelompok minoritas. Meningkatnya kekuasaan kelompok minoritas mendorong kelompok dominan untuk mendiskusikan berbagai hal yang berkenaan dengan kepentingan bersama.

B. Dampak negative yang ditimbulkan dari konflik
1. Terjadi keretakan hubungan antar kelompok karena anggotanya sehingga berselisih. Contoh: konflik yang terjadi dalam satu rombel jurusan yang saling berbeda pendapat.
2. Dapat terjadinya perubahan kepribadian individu.
Ketika terjadi pertentangan antar kelompok, menyebabkan seseorang akan bertahan atau merasa tertekan sehingga dengan situasi konflik tersebut dapat mempengaruhi kepribadian individu.
Contoh : adanya rasa benci dan saling curiga akibat yang dilakukan penjjah di Indonesia (perang).
3. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
4. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik sehingga menyebabkan salah satu pihak tunduk terhadap pihak yang kuat.
»»  READMORE...

Penulisan Karya Ilmiah


POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA PENJAGA KOS
(Kasus pada Keluarga penjaga kos di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati kota Semarang)

A.    LATAR BELAKANG
Secara tradisional, keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan merupakan suatu sendi dasar dalam organisasi sosial. Keluarga merupakan kelompok soaial yang pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial di dalam hubungan dalam kelompoknya.
»»  READMORE...

Perubahan Sosial Budaya

TEORI-TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN
1.      Proses evolusi sosial secara universal
Kerangka cara berpikir evolusionisme universal menyebabkan timbulnya konsepsi tentang proses evolusi sosial secara universal. Menurutnya, semua hal dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lambat (berevolusi), dari tingkat yang rendah dan sederhana ke tingkat yang makin tinggi dan kompleks.
»»  READMORE...

Selasa, 13 Desember 2011

Sosiologi Terapan

A. Latar Belakang

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada di Indonesia dan juga di alami oleh seluruh Negara yang ada di dunia. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, kurang terwakili secara politis, hidup di lingkungan yang buruk, dan berusaha memperoleh penghasilan yang minim di sebuah pertanian kecil dan daerah kumuh serta sulitnya mendapatkan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Perkembangan kemiskinan Indonesia selama beberapa periode mengalami penimgkatan dan penurunan. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi dan lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan.
Kemiskinan, ternyata bukan sekedar sebuah kata benda atau kata sifat. Kemiskinan telah hadir dalam realitas kehidupan manusia dengan bentuk dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan kehidupan manusia. Sebagai sebuah persoalan kehidupan manusia, maka kemiskinan telah hadir juga dalam berbagai analisis dan kajian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dari upaya memberi jawab kepada persoalan kemiskinan. Bahkan tidak hanya sebatas itu, kemiskinan juga telah hadir dalam sejumlah kebijakan baik oleh elemen-elemen sosial masyarakat maupun pemerintah dalam menunjukkan kepedulian bersama untuk menangani persoalan kemiskinan ini.
Dewasa ini, perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara jelas karena berkembangnya nilai-nilai social baru di masyarakat tentang kedudukan berkenaan dengan pemilikan benda-benda bernilai ekonomi. Nilai-nilai ini berkembang sejak perdagangan ke seluruh dunia, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat lain cenderung diakui pula sebagai nilai oleh suatu masyarakat, terutama apabila berasal dari kelompok masyarakat yang tingkat peradabannya diyakini lebih tinggi daripada masyarakat setempat. Oleh karena itu, tingkat kepemilikan harta menimbulkan masalah social baru yaituu kemiskinan.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan “alamiah” terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia yang tidak merata, hingga mereka tetap miskin. Kemiskinan buatan tersebut kinii popular disebut sebagai kemiskinan sturktural yaitu kemiskinan yang diderita oleh masyarakat karena struktur sosialnya, sehingga tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnyatersedia bagi mereka. Kemiskinan structural dapat disebabkan karena keadaan pemilikan sumber yang tidak merata, kemampuan masyarakat yang tidak seimbang, dan ketidakseimbangan kesempatan dalam berusaha dan memperoleh pendapatan akan menyebabkan keikutsertaan yang tidak seimbang dalm pembangunan.
Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan bahkan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi ini. Program-proran penanggulangan kemiskinan tersebut seperti Bantuan Langsung Tunai, PNPM Mandiri, pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan beberapa program lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap persoalan kemiskinan ini, pemerintahan SBY-JK juga tidak mau ketinggalan. Bukti nyata dari kepedulian pemerintahan SBY-JK adalah terlihat pada program “Bantuan Langsung Tunai” yang selanjutnya disingkat dengan BLT. Hal ini mulai terlaksana melalui ‘Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2005’, tentang “Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga-rumah tangga miskin di Indonesia”. Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat menjawab persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap perubahan yang telah terjadi, baik secara nasional maupun global. Kebijakan seperti ini patut diberi apresiasi, sebab hal ini juga dapat menjadi salah satu bentuk dari upaya menangani masalah kemiskinan di Indonesia.
Hingga saat ini Bangsa Indonesia belum benar-benar terlepas dari persoalan kemiskinan sejak krisis berkepanjangan. Oleh karena itu program batuan lansung tunai yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dilakukan pemerintah Indonesia sebagai upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan hingga tahun tahun 2009. Kebijakan dan penyaluran bantuan yang direncanakan Pemerintah akan dilaksanakan setelah penetapan dan pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak ini menimbulkan reaksi pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. Banyak pihak yang meminta agar Pemerintah tidak meluncurkan bantuan tersebut tetapi menunda penetapan kenaikan harga bahan bakar minyak. Pemerintah dalam menghadapi berbagai reaksi tersebut nampaknya telah membulatkan niat untuk tetap menaikkan harga bahan bakar minyak dan menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) plus.

B. Rumusan Permasalahan

Dari berbagai latar belakang yang ada di atas, maka kita dapat menenmukan berbagai permasalahan, diantaranya:
1. Bagaimana kondisi kemiskinan masyarakat Indonesia dari pemerintahan orde lama hingga jaman pemerintahan SBY saat ini?
2. Bagaimana pengaruh program kebijakan pemerintah dengan memberikan dana Bantuan Tunai Langsung sebagai program pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan bagi masyarakat Indonesia?

C. Teori

Selo soemarjan dan Soelaiman Soemardi bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari stryrktur social dan proses social, termasuk perubahan-perubahan social. Struktur social adalah keseluruhan jalinan antara unsure-unsur sosiala yang pokok yaitu kaidah-kaidah social, kelompok-kelompok social serta lapisan-lapisan social. Proses social adalah pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal-balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antar segi hukum dengan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dengan segi kehidupan ekonomi dan sebagainya.
Dalam mempelajari dan mengembangkan keilmuan terutama ilmu social, digunakan berbagai teori yang digunakan untuk menerangkan segala fenomena social yang terjadi di sekeliling kita. Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih atau pengeturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan suatu hal yang dapat di amati dan pada umumnya dapat di uji secara empiris (Soekanto, 1990:30). Sedangkan menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 1987:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi, dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dan teori-teori inilah suatu fenomena social dapat dipahami dan dapat diterangka, terutama fenomena-fenomena social yang muncul dan perspektif sosiologis.
Dalam penelitian ini, paradigama yang digunakan adalah paradigm fakta social. Fakta social memandang hidup masyarakatnya dalam makrostrukturnya. Masyarakat di lihat sebagai kenyataan yang berdiri lepas dari soal apakah individu-individu tersebut suka atau tidak. Masyarakat dalam strukturnya yaitu benytuk, pengorganisasiannya, undang-undang dan peraturan, peranan-peranan, nilai-nilai dan apa yang disebut pranata-pranat social, merupakan barang atau suatu fakta yang terpisah dari individu namun mempengaruhinya (Ritzer, 1992:22-23).
Durkheim (Dalam Johnson, 1988:17) menyatakan bahwa fakta social sebagai suatu yang berada di luar individu dan bersifat memaksa terhyadapnya. Secara lebih terinci, Durkheim menjelaskan tiga karakteristik dasar fakta social yaitu:
1. Bersifat eksternal terhadap individu
2. Bersifat memaksa individu
3. Bersifat umum atau tersebar dalam masyarakat
Selanjutnya dari empat teori yang ada dalam fakta social yaitu, teori striktur fungsional, teori konflik, teori system, dan teori sosiologi maro (Ritzer, 1992:24), teori yang akan digunakan sebagai dasar analisis penelitian ini adalah teori fungsionalisme struktur, yang menekankan pada keteraturan social dan perubahan-perubahan pada fungsi masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu system social yang terdiri dan salingb menyatu dalam keseimbangan dimana perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan menyebabkan perubahan terhadap yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system social fungsional terhadap yang lain. Dengan kata lain semua peristiwa atau semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat (Ritzer. 1992:25).
Robert K. Merton (dalam Rizer, 1992:25) menyatakan bahwa objek analisis sosiologi adalah fakta social seperti peranan social, pola-pola institusi, proses social, organisasi kelompok, pengendalian social, dan sebagainya. Lebih lanjut Robert K. Merto (Poloma, 1994:33-34) berusaha menunjukan bagaimana sejumlah struktur social memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentui yang ada dalam masyarakat dan mereka lebih non-konformis ketimbang konformis.
Berdasarkan paradigm fakta social, teori funsionalisme structural yang dipelopori oleh Talcott Parson dan Robert K. Merton, menjadi dasar teori dalam penelitian ini. Teori fungsionalisme structural menitikberatkan pada keteraturan yang fungsioanal dan suatu system yang normal dan seimbang. Dalam teori ini, masyarakat merupakan suatu system social yang terdiri dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatuu dalam keseimbangan. Mac Iver (dalam Soekanto, 1990:337) menyatakan bahwa perubahan-perubahan social merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan social atau perubahan dalam keseimbangan (equilibrium) hubungan social. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional dalam yang lain. Tiap fenomena sosial mempunyai akibat-akibat objektif, baik positif maupun negatif, baik yang disadari taupun tidak. Analisis akibat-akibat itu dapat membantu mengerti apa sebabnya fenomena-fenomena itu dipertahankan, diubah atau dibatalkan. Prinsip penerapan yang dipakai ialah adaptasi hidup bersama manusia dengan situasi dan lingkungannya. Perubahan yang terjadi bermanfaat (fungsional) diterima dan perubahan lain yang terbukti tidak berguna (disfungsional) ditolak.
Menurut teori strutur fungsioanal setiap fenomena yang ada dalam masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif dan negative. Di sini suatu pranata atau institusi tertentu dapat fungsional bagi suatu unit social tertentu dan sebaliknya dis-fungsional bagi unit social yang lain. Penganut teori structural fungsional tidak mengabaikan konflik dan perubahan social dalam teori mereka, tetapi penganut teori fungsional structural modern melengkapi dirinya dengan konsep-konsep seperti fungsi, dis-fungsi, fungsi laten dan keseimbangan telah banyak menjuruskan perhatian apada sosiolog kepada persoalan konflik dan perubahan social. Merton membedakan antara fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended) sedangkan fungsi laten adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan (dalam Ritzer, 1992:27).

D. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan
a. Sajogyo
Kemiskinan adalah suatu tingkatan kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimal yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasar atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi
b. Emil Salim
Kemiskinan adalah keadaan penduduk yang meliputu hal-hal yang tidak memiliki mutu tenaga kerja tinggi, kondisi fiasik dan rohaniah yang baik, dan rangkuman hidup yang memungkinkan perubahan dan kemajuan.
c. Soemitro Djoyohadikusumo
Kemiskinan ditandai dengan tingkat hidup rendah dan tertekan. Ini merupakan akibat dari serangkaian keganjilan dan kepincangan yang terdapat pada pertimbangan keadaan dasar dan kerangka susunan masyarakat itu sendiri dan menyangkut beberapa masalah, yaitu:
1. Keadaan faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat sebagai sumber produksi yang menyangkut sumber daya alam, modal, dan keterampilan.
2. Kepincanga sebagai sektor ekonomi, modal, dan penggunaan teknologi.
d. Masrukhi
Masyarakat miskin merupakan komunitas manusia yang hidup terbelakang. Mereka tidak dapat bersaing dengan perkembangan kehidupan pada umumnya, sebagai akibat ketiadaan fasilitas baik fisik maupun psikis, sehingga mereka selalu tertinggal dan tidak dapat menikmati perkembangan kehidupan yang ada. Kemiskinan merupakan standart hidup yang rendah, yaitu:
1. Kemiskinan mencerminkan kondisi terjadi kekurangan materi, yang antara lain terlihat dalam pemilikan tanah, rumah, uang, emas, peralatan rumah tangga, dan harta benda lainnya.
2. Kemiskinan dapat dipandang sebagai tingkat kekurangan non materi, yaitu meliputi berbagai kekurangan untuk memperoleh informasi, berpartisipasi dalam organisasi, serta hubungan-hubungan sosial.
e. Suparlan (1995)
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Dimensi utama kemiskinan adalah politik, sosial budaya dan psikologi, ekonomi, dan akses terhadap aset Dimensi tersebut saling terkait dan saling mengunci/ membatasi. Kemiskinan adalah kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai dana untuk berobat. Orang miskin umunya tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut menghadapi masa depan, kehilangan anak karena sakit akibat kekurangan air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas (world bank). Maka ciri-ciri masyarakat miskin dapat dilihat sebagai berikut:
a. Secara politik : tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.
b. Secara sosial : tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada.
c. Secara ekonomi : rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan, keterampilan yang berdampak pada penghasilan.
d. Secara budaya dan tata nilai : terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek, dan fatalisme.
e. Secara lingkungan hidup : rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan hidup, separti air bersih dan penerangan.
 Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalm tiga unsur, yaitu:
a. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.
 Disebabkan oleh aspek badaniyah biasanya adalah orang tersebut tidak bisa bebuat semaksimal mungkin sebagaiman manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Sedangkan yang menyangkut aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja secara wajar.
b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
 Mereka yang kena bencana alam , umunya tidak memiliki tempat tinggal bahkan sumber-sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh pngikisan bencana alam.
c. Kemiskinan buatan (kemiskinan struktural).
Kemiskinan yang disebabkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi, sosial dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan oleh struktur penengan atau nrimo memnadang kemiskinan sebagai nasib malahan sebgai nasib Tuhan. Ciri kemiskinan struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat pihak si miskin terhadap kelas-kelas sosial ekonomi di atasnya.
Jadi kemiskinan adalah suatu keadaan seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja, kemiskinan identik dengan kesulitan memenuhi kebutuhan primer seperti sandang dan pangan. Tetapi, pada masyarakat kota yang lebih modern, kemiskinan berarti harta bendanya tidak cukup untuk memenuhi standar kehidupan yang ada di lingkungannya. Kemiskinan pada hakikatnya langsung berkait dengan sistm masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya ekonomi atau politik, sosila dan budaya.
2. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan bukanlah sesuatu yang termujud sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut yang paling utama adalah aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi ialah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Para ahli ilmu-ilmu sosial umumnya berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan kemiskinan ialah sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sistem ekonomi ini tercermin dalam berbagai pranata yang ada dalam masyrakat tersebut, yakni suatu sistem antar hubungan peranan-peranan dan norma-norma yang terorganisir untuk usaha-usaha penentuan kebutuhan-kebutuhan sosial utama yang dirasakan perlunya dalam masyarakat. Sistem ekonomi yang terjalin dalam berbagai pranata tersebut memberikan corak pada pola ekonomi yang menghasilkan adanya ketidakmerataan ekonomi yang dirasakan oleh warga masyarakat sebab tidak semua warga masyarakat tersebut dapat mencapai pola ideal yang ada dalam pola kehidupan ekonomi kehidupan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonominya.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang atau sebuah kelurga miskin. Menurut Kartasasmita kondisi kemiskinan disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, yaitu:
a. Rendahnya taraf pendidikan.
Taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dimasuki.
b. Rendahnya derajat kesehatan.
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa.
c. Terbatasnya lapangan kerja.
Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja ata kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan tersebut.
d. Kondisi keterisolasian.
Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapar terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerak kemajuanyang dinikmati masyarakat lainnya.
Menurut Kuncoro (2000) yang mengutip Sharp, penyebab kemiskinan adalah:
1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya juga rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.
3. Pengentasan Kemiskinan
Pemerintah sebenarnya telah melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan, yang dinilai sejak Pelita pertama yang sudah menjangkau seluruh tanah air. Upaya itu telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun, demikian, krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian. Pada suatu sisi telah menimbulkan lonjakan pengangguran dan dengan cepat meningkatkan kemiskinan di pedesaan dan di perkotaan.
Kemiskinan akan lebih banyak ditemui di wilayah perkotaan sesuai dengan meningkatnya urbanisasi dan krisis ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terahir, meskipun sebelumnya kemiskinan diidentikan dengan fenomena desa atau daerah terpencil yang minus sumber dayanya (Adam, 2006:01). Penduduk miskin Indonesia dibedakan antara penduduk desa dan kota. Secara umum, garis kemiskinan di kota lebih beragam dari pada di desa, sehingga menyebabkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar lebih tinggi, sedangkan di desa sebagian besar masih digunakan untuk makan. Kemiskinan diperkotaan menjadi lebih kompleks lagi permasalahannya. Hal ini disebabkan pada kedudukan kota yang tersusun dalam suatu jaringan yang bertingkat-tingkat serta merupakan pusat pemerintahan dan pendominasian bagi pengaturan kesejahteraan hidup masyarakat secara luas.
Ada beberapa alasan penting mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi, yaitu:
1) Kemiskinan merupakan kodisi yang kurang beruntung bagi kaum miskin, akses terhadap perubahan politik dan institusi sangat terbatas.
2) Kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan orang miskin ke dalam kriminalitas.
3) Bagi para pembuat kebijakan, kemiakinan itu sendiri juga mencerminkan kegagalan pembangunan yang telah diambil pada masa lampau.
Untuk menghapus masalah kemiskinan yang kini semakin krusial di Indonesia, perlu dilakukan langkah-langkah merombak struktur yang otoritarian dan monopolistic, yaitu dengan:
1) Strategi penguatan posisi politik miskin.
Penguatan posisi politik dapat dilakukan dengan mendorong pengorganisasian diri masyarakat miskin demi tindakan yang partisipatif, dengan cara merubah peraturan yang membatasi (seperti masalah perijinan atau formalisasi) menjadi peraturan yang memfasilitasi.
2) Strategi ekonomi kelompok masyarakat miskin.
Penguatan ekonomi dilakukan dengan strategi merombak struktur ekonomi yang monopolistik dan anti persaingan menjadi struktur yang lebih adil dan kondusif, serta strategi akses kelompok masyarakat miskin terhadap sumber daya.
Umumnya manusia tidak ingin terperangkap ke dalam kondisi kemiskinan. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk mengakses sumber daya yang tersedia. Sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusia yang rendah menyebabkan produktivitas yang rendah menyebabkan penghasilan yang rendah dan ini menghasilkan kemiskinan kembali. Setiap pemerintah daerah menginginkan agar masalah kemiskinan dapat dikurangi dan diatasi. Tujuan yang penting ini memerlukan kebijakan yang sesuai.
Pada umumnya ada beberapa upaya dalam penanggulangan kemiskinan, di antaranya adalah:
a. Upaya tidak langsung
Bentunya seperti Program Keluarga Berencana, pengucuran dan Inpres, pendidikan, kesehatan, serta perbaikan sarana transportasi dan lain-lain.
b. Upaya langsung
Program inpres desa (IDT) oleh Departemen dalam Negeri, Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh Departemen Sosial, Takesra dan Kukesra oleh BKKBN dan CPIS, Bantuan Langsung Tunai, PNPM Mandiri, dan lain-lain.
c. Bantuan lebih bercorak karitas dan okasional yaitu tanpa kewajiban untuk membinanya.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat
Menyalurkan kredit kepada penduduk miskin yang di kelola oleh perorangan atau lembaga miskin.
Hal tersebut dilakukan tentunya agar masyarakat Indonesia mengalami kesejahteraan social yang layak dimana diartikan sebagai sebuah kondisi terpenuhinya berbagai macam kebutuhan social yang teroganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya.
Pendapat lain ada yang mengatakan, bahwa usaha memerangi kemiskinan hanya dapat berhasil kalau dikatakan dengancara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi hjarga diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dinaikkan, seperti warga ,masyrakat lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bbekerja dan merangsang berbagai kegiatan di sekotor-sektor ekonomi lainnya.
E. Kebijakan Bantuan Langsung Tunai dalam upaya Pengentasan Kemiskinan
1. Pengertian Bantuan Langsung Tunai
Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah sebuah dana kompensasi yang bersifat sementara dimana program tersebut diarahkan sedemikian rupa untuk keluarga miskin oleh pemerintah yang bertujuan sebagai upaya dalam pengentasan kemiskinan. Para keluarga miskin lebih memprioritaskan penggunaan dana BLT terhadap penggunaan kebutuhan dasar yaitu sembako, tetapi dalam prakteknya BLT belum efisien dan seeefektif mungkin dalam memenuhi keinginan masyarakat miskin karena prioritas utama dari dana BLT tersebut masih untuk kebutuhan dasar sedangkan kebutuhan manusia itu pada hakikatnya tidak terbatas.
BLT muncul terkait keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri diambil karena biaya subsidi BBM dalam negeri meningkat sangat pesat dengan naiknya harga minyak mentah dunia pula pada saat itu. Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah dan atas sedangkan masyarakat miskin hanya dapat menikmati sedikit saja dari dana subsidi BBM tersebut. Pemerintah menyadari bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap masyarakat terutama keluarga-keluarga miskin. Setelah di analisis, ternyata pemberian dana BLT tersebut di nilai dapat meringankan beban masyarakat di Indonesia.
2. Sasaran Penerima BLT Plus
Penetapan jumlah sasaran, jumlah bantuan per bulan, jenis bantuan, mekanisme dan prosedur penyaluran BLT Plus dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
a) Bahan bakar minyak tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar tersebut akan berpengaruh langsung dalam pemenuhan kebutuhan kesinambungan kehidupan dalam setiap rumah tangga dalam masyarakat, utamanya rumah tangga miskin dan sangat miskin.
b) Selain minyak tanah, kebutuhan masyarakat yang juga sama pentingnya adalah transportasi yang sangat erat kaitannya dengan bahan bakar minyak (premium, pertamax, solar, dll), baik masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi maupun pengguna kendaraan umum. Kenaikan harga bahan bakar minyak akan menimbulkan kenaikan biaya transportasi.
c) Bantuan langsung tunai (BLT) Plus yang diberikan merupakan salah satu jenis bantuan yang bertujuan untuk mencukupkan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat miskin untuk kebutuhan pembelian bahan bakar dan sifatnya mendesak.
d) Pemberian bantuan berupa minyak goreng dan gula pasir merupakan bantuan tambahan yang juga mendesak karena hampir semua jenis bahan kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan harga.
e) Bantuan langsung tunai (BLT) Plus bukan merupakan satu-satunya jenis bantuan yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian rumah tangga miskin dan masyarakat Indonesia secara umum. Bantuan ini merupakan bantuan “antara” yang bertujuan untuk menjadi pertolongan pertama bagi kondisi perekonomian rumah tangga miskin yang terpuruk akibat kenaikan harga-harga di hampir semua jenis kebutuhan hidup.
f) Penetapan jumlah sasaran penerima bantuan rumah tangga sangat miskin merupakan suatu hal yang sangat mendesak mengingat bahwa penetapan kenaikan harga bahan bakar minyak tidak dapat ditunda. Data ini kemudian akan diverifikasi kembali pada saat proses persiapan dan pelaksanaan penyaluran bantuan.
Penerima bantuan tunai bersyarat merupakan rumah tangga miskin yang memiliki anggota keluarga terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/menyusui dan telah ditetapkan sebagai peserta Program Kelurga Harapan (PKH) serta wajib mengikuti ketentuan yang berlaku dalam program tersebut. Program ini dilaksanakan dari bulan Juni s.d Desember 2008 (selama 7 bulan), dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp100.000,-/bulan, dengan rincian diberikan Rp300.000,-/3 bulan (Juni-Agustus) dan Rp400.000,-/4 bulan (September-Desember). BLT dianggap sebagai suatu cara pemerintah untuk membujuk dan merayu rakyatnya yang lebih terhormat (tahu kan maksud saya), juga oleh mereka yang lebih ahli atau merasa lebih ahli. Program ini dinilai kurang efektif oleh banyak pihak, jadi sempat timbul pro dan kontra.
Untuk memperoleh dana yang normatifnya merangsang daya beli masyarakat itu ternyata juga tidak mudah. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencairkan BLT ialah menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP). Persyaratan administratif itu menjadi permasalahan tesendiri bagi sebagian besar penerima karena banyak warga yang belum memiliki KTP. Umumnya mereka tidak memandang penting KTP karena relevansi praktis untuk itu tidak ada. Hal itu justru dijadikan lahan untuk melakukan pungutan liar (pungli) baru. Kriminalisai dalam hal itu seharusnya tidak saja mengarah kepada pemotongan dana BLT tersebut, tetapi juga dikenakan kepada perilaku yang bersifat maladministratif ketika hal tersebut dilakukan sekaitan dengan pencairan dana BLT.
3. Dampak Kebijakan BLT
 Setelah BLT dikeluarkan sebagai upaya dalam pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan bagi masyarakat Indonesia, muncul beberapa pro dan kontra sehingga hal ini mengakibatkan beberapa dampak yang tentunya berpengaruh terhadap kehidupan di Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan paradigma fakta social, teori teori fungsionalisme struktural yang dipelopori oleh Talcott Parson dan Robert K. merton maka teori ini dapat menjadi dasar teori dalam melakukan penelitian masalah pengentasan kemiskinan melalui dana BLT tersebut.
 Menurut teori fungsionalisme structural, prinsip penerapannya ialah prinsip AGIL yang membawa perubahan yang terjadi bermanfaat (fungsional) diterima dan perubahan lain yang terbukti tidak berguna (disfungsional) ditolak. Pemberian dana BLT sebagai upaya dalam pengentasan kemiskinan sebagai kebijakan pemerintahan SBY-JK membawa beberapa dampak apabila dilihat dengan menggunakan beberapa prinsip fungsinalisme structural, diantaranya adalah:
1. Adaptation
 Adaptation artinya fungsi sistem harus merespon kondisi luar sebagai wujud penyesuaian diri dengan lingkungan dan memenuhi kebutuhan dari luar. Peningkatan harga bahan bakar minyak yang sangat drastis dari meningkatnya harga minyak mentah dunia membuat pemerintah Indonesia harus cepat tanggap dalam kondisi demikian. Jika tidak dilakukan penyesuaian harga BBM dalam negeri, maka APBN sebagai salah satu pilar perekonomian menjadi tidak berkelanjutan. Hal ini menyebabkan runtuhnya kepercayaan pasar yang nanti pada gilirannya berakibat pada merosotnya perekonomian nasional.
2. Goal
 Goal adalah fungsi system harus mempunyai dan mencapai tujuan. Bantuan Langsung Tunai yang diperyntukkkan bagi keluarga miskin di Indonesia yang bertujuan dalam pengentasan kemiskinan dan meringankan beban masyarakat Indonesia. Selain itu, program BLT juga digunakan sebagai kesejahteraan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-harinya di dalam masyarakat.
3. Integration
 Integration adalah fungsi sitem harus mengatur sedemikian rupa sehingga ketiga fungsi system yang lainnya dapat bekerja dan saling kerja sama. BLT disini juga berpengaruh antara kehidupan pemerintah dengan rakyat biasa. Pembagian BLT oleh pemerintah tidak semata-mata untuk menyelamatkan perekonomian dan berlangsungnya kehiduoan masyarakat tetapi juga untuk menjaga stabilitas atau keseimbangan ekonomi dan Negara, pemilik modal juga rakyat biasa. Selain itu juga, pemerintah menetapkan kebijakann BLT sebagai upaya meredam gejolak masyarakat yang berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya kerusuhan social dan bencana social yang lebih parah.
4. Latent
 Fungsi latent yaitu fungsi system harus diperbaiki dan terus menjaga terpeliharanya system agar tetap dalam kondisi yang baik dengan teris menjaga dan memberikan motivasi pada system lainnya. Kondisi dengan pemberian daa BLT seharusnya dapat menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakat, bila sudah tercipta maka hendaknya kesejahteraan tersebut dipelihara serta diseimbangi oleh masyarakat penerima BLT tersebut dengan tidak menggantungkan hidupnya dengan pemberian dana BLT yang bergulir 3 bulan sekali sebesar Rp. 300.000,00.

Sedangkan menurut Robert K. Merton yang merupakan salah satu tokoh teori fungsionalisme srtuktural memusatkan perhatiannya pada fungsi yang menurutnya ada yang bersifat manifest dan latent. Dari pendapat Merton, penulis melihat dan merasakan adanta konskwensi-konskwensi social yang bersifat gunggsional maupun disfungsional terhadap sistemnya. Apabila BLT dianalisis dengan pandangan Robert K. Merton, maka dapat dilihat sebagai berikut:
1. Fungsional
a. Fungsi Manifest
Pemberian dana BLT tersebut banyak membawa dampak positif dalam masyarakat, diantaranya:
1) Membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam pemenuhan kebutuhan poko yaitu sembako.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami kondisi ‘bencana ekonomi’ dalam negeri. Kenaikan harga BBM yang lalu telah menyebabkan masyarakat kehilangan kemampuan daya beli. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk bertahan hidup. Oleh karena itu penulis memandang bahwa BLT Plus merupakan bantuan tanggap darurat di bidang ekonomi dan sosial. Dengan adanya BLT Plus, penyusun menilai bahwa sekurang-kurangnya masyarakat miskin masih akan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Tetapi harus di sadari pula bahwa BLT adalah bantuan yang bersifat sementara, maka dari itu maka pemerintah harus segera menindaklanjuti bantuan tersebut akan rakyat miskin tidak mendapatkan kehidupan yang tak layak.
2) Terciptanya stabilitas ekonomi Negara
Ketidakmampuan dan melemahnya daya beli masyarakat akan berakibat terhadap stabilisasi ekonomi. Oleh karena itu penyusun memandang bahwa sejumlah anggaran yang disediakan oleh Pemerintah dalam BLT Plus tidak semata-mata untuk menyelamatkan perekonomian dan keberlangsungan kehidupan masyarakat tetapi juga untuk menjaga stabilitas ekonomi pemilik modal dan dunia usaha. Ketidakmampuan ekonomi masyarakat akan berpengaruh langsung terhadap permintaan terhadap pasar, produksi, distribusi dan konsumsi. Masyarakat mungkin akan mampu untuk melakukan penghematan dalam berbagai aspek kebutuhan kehidupannya tetapi hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kelompok pemilik modal dan dunia usaha, yaitu permintaan pasar yang akan menurun dengan sangat tajam sehingga mempengaruhi perputaran ekonomi.
3) Kelompok pemilik modal dan dunia usaha menjadi beruntung karena daya beli mastarakat menjadi meningkat berkat adanya BLT tersebut. Apabila daya beli masyarakat lemah, maka akan berpengaruh pula terhadap laju dan kesinambungan usaha kelompok pemilik modal.
4) Menjaga Stabilitasi Sosial dan Politik
Penyusun menilai bahwa Pemerintah pada saat ini tidak mempunyai alternatif lain untuk menekan laju inflasi dan menghemat devisa berkaitan dengan naiknya harga BBM di dunia Internasional. Kenaikan harga BBM tersebut kemudian telah menyebabkan terjadinya krisis ekonomi dalam negeri dan akan menjadi potensi terjadinya krisis sosial. Oleh karena itu, Pemerintah menetapkan kebijakan BLT Plus sebagai upaya meredam gejolak sosial masyarakat yang berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya kerusuhan sosial dan bencana sosial yang lebih parah.

5) Jaring Pengaman Sosial Nasional
Konsep bantuan ini semestinya tidak hanya diterapkan pada kondisi tanggap darurat pada kejadian bencana ekonomi karena kemudian menuai reaksi dari berbagai kalangan. Seandainya pola bantuan Jaring Pengaman Sosial ini diberlakukan secara konsisten sesuai kebutuhan dan berkesinambungan dalam setiap periode Pemerintahan maka penetapan BLT Plus akan lebih mudah dilaksanakan dan hasilnya mungkin akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stabilisasi perekonomian, sosial dan politik negara maupun masyarakat.
b. Fungsi Latent
1) BLT diasumsikan sebagai suap politik yang diberikan pemerintah untuk meredam gejolak sosial masyarakat. Pemerintah yang sedang berkuasa meberikan bantuan tersebut untuk mengamankan kedudukannya dalam pemerintah sendiri dan menyapkan langkah-langkah menuju suksesi kekuasaan di tahun selanjutnya.
2) Apabila terjadi gejolak social dalam masyarakat dan kerusuhan politik maka masyarakat kan marah dan menjarah serta melakukan perusakan terhadap asset-aset pemerintah maupun kekayaan kelopok pemilik modal. Dana BLT dapat meredam gejolak social masyarakat maka kelompok pemilik modal untuk sementara waktuakan aman dalam melanjutkan usahanya.
2. Disfungsional
Disfungsional disini artinya menghambat kelangsungan sitem yang sedang dijalankan. Hal ini dapat dilihat melalui analisis berikut:
a) BLT untuk keluarga miskin rawan akan tindakan criminal seta rawan penyelewengan mulai dari jual beli kartu kompensasi BBM hingga uang jasa dan biaya administrasi atau transportasi pengambilan kompensasi sehingga dinilai membebani bagi masyarakat penerima BLT.
b) Banyak warga masyarakat memilih menjadi keluarga miskin. Nyatanya banyak warga berlomba-lomba mendapatkan status miskin dimana menunujukan rasa malu individu tersebut hilang ketika dilakukan bersama dan sudah tidak relevan lagi.
c) BLT muncul sebagai penyakit masyarakat yang dapat melumpuhkan potensi sumber daya manusia dalam masyarakat.
d) Muncul masyarakat yang berjiwa pengemis dan ketergantungan.
 Dana BLT bagi masyarakat yang menerimanya di anggap mampu membantu kesulitan kehidupan ekonomi mereka, nyatanya hal ini mereka menjadi manusia yang selalu mengharapkan pencairan dana BLT tersebut dan mulai bergantung terhadap adanya kebijakan pemerintah tersebut. Hal ini menyebabkan mental masyarakat Indonesia sebagai jiwa pengemis dan ketergantungan. BLT dianggap merusak modal sosial masyarakat miskin. Kemandirian masyarakat jauh menurun, mereka mulai tergantung pada dana BLT dan malas untuk bekerja. Kepercayaan di antara masyarakat semakin menurun, seiring munculnya saling curiga di antara mereka yang mendapatkan dan tidak mendapatkan BLT.
e) Ada sebagian kepala keluarga yang menganggap kehidupan social akan tetap berjalan normal sekalipun mereka kelak meninggal dengan hanya hidup tergantung pada dana kompensasi tersebut. Sehingga disini BLT di anggap sebagai bantuan komsumtif dan itu tidak baik bagi masyarakat.
 Mengetahui hal tersebut, maka sebaiknya pemberian dana bantuan langsung tunai yang dipergunakan sebagai upaya pengentasan kemiskina di masyarakat Indonesia, serta yang awalnya dicanagkan untuk meringankan bebam masyarakat miskin, hingga pada parktiknya , penyaluran dana BLT banyak disalahgunakan dan justru membawa kerugian pada masyarakat. Dan akhirnya saati ini, dana BLT tersebut tidak digulirkan lagi bagi masyarakat miskin di Indonesia. Melihat kenyataan yang ada, sebaiknya dana BLT tersebut digunakan sebagai:
a. Program padat karya
 Program padat karya yang dimaksud disini adalah program yang diharapkan akan membuka lapangan kerja yang baru. Dana BLT yang disalurkan bagi masyarakat miskin, dapat dijadikan sebagai modal dalam berbagai usaha baik dalam skala kecil seperti industry rumah tangga hingga skala besar yaitu industry besar. Dengan demikian, ini membuka peluang dan harapan bagi masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan sehingga tidak selalu menggantungkan hidupnya pada pemberian dana BLT tersebut dan setidaknya dapat mencukupii kebutuhan hidupnya sehari-hari.
b. Perbaikan sarana pendidikan
 Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia terutama sebagai makhluk social. Tidak dipungkiri, bila sarana pendidikan yang kurang baik atau dalam keadaan rusak, tentunya akan menggganngu aktivitas belajar bagi para peserta didik. Maka dari itu, sebaiknya pemberian dana BLT tersebut selain digunakan sebagai program padat karya maka dapat digunakan pula sebagai perbaikan sarana pendidikan teruatama bagi tingkat sekolah dasar. Dengan perbaikan sarana tersebut, ada kemungkinan akan membawa kelancaran dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah terutama di pedesaan.
c. Peningkatan sarana kesehatan
 Tidak dapat dipungkiri, kesehatan adalah hal yang paling penting agar tetap dapat menjalani kehidupan normal seperti biasanya. Apabila sakit menyerang, maka mereka berusaha untuk mengobati sakitnya tersebut dengan pergi ke dokter atau fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, atau fasilitas kesehatan yang lain. Tetapi saat ini bagi masyarakat miskin bila mengalami sakit yang terlalu parah, mereka kurang diperhatikan hingga muncuk istilah “orang miskin dilarang sakit”. Sungguh itu sangat memprihatinkan.
 Maka dari itu, agar masyarakat miskin mendapatkan kehidupan yang sejahtera juga kesehatan yang layak, sebaiknya penggunaan dana BLT selain digunakan sebagai program padat karya dan perbaikan sarana pendidikan, juga dapat dialihkan kepada sarana kesehatan untuk masyarakat luas.
F. SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1) Pola kebijakan pemerintahan SBY-JK seperti yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009, yang mengedepankan upaya peningkatan daya beli masyarakat sebagai tujuan menjawab problem kemiskinan di Indoensia, yang kemudian melahirkan program BLT adalah sebuah pendekatan pemecahan problem kemiskinan dan karena itu hanya mempersempit sebuah problem kemiskinan yang sebenarnya sangat luas jangkauannya.
2) Ukuran dan standar sebuah kemiskinan adalah sesuatu yang sangat sulit untuk ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya dimensi yang mempengaruhi problem kemiskinan itu, baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya maupun religius. Karena itu, usaha-usaha penetapan suatu standar kemiskinan yang kuantitatif adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk dibuat.
3) Walaupun begitu ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan suatu dimensi kehidupan itu, adalah sangat penting pula. Dimana hal itu dapat menjadi sumber data yang dapat dipergunakan untuk diskursus problem kemiskinan secara holistik dan komprehensif.
4) Akhirnya pengalaman realisasi program BLT di Indonesia yang mengandung banyak cacat nilai itu, harus menjadi suatu pengalaman yang berharga untuk segala kebijakan pemerintah di masa depan agar menjadi lebih baik dan lebih menyentuh akar-akar persoalan dari problem kemiskinan itu.
Saran-saran :
1) Pemberian dana BLT adalah sebuah bantuan dari kebijakan pemerintah yang sebenarnya membuat masyarakat menjadi masyarakat yang serba ketegantungan dan membuat ,masyarakat menjadi masyarakat yang mempunyai mental pemalas. Oleh karena itu, untuk menghindari hal demikian sebaiknya pemerintah harus berpikir ulang agar dalam memberikan kebijakan bagi masyarakat Indonesia membuat mereka lebih berpikir kreatif yang positif srta dapat mningkatkan kesejahteraan hidupnya dalam masyarakat.
2) Bagi masyarakat luas, sebaiknya menyadari akan kebijakan pemberian dana BLT tersebut dengan menggunakan dana BLT tersebut dengan menjadikannya sebagai modal dalam membuka usaha dan bisa digunakan sebagai upaya dalam menyambung hidup.

»»  READMORE...

Senin, 12 Desember 2011

Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian ditetapkan dengan kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa berdasarkan silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana.
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Wiersma  dan  Jurs  membedakan  antara  evaluasi,  pengukuran  dan  testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin  juga  testing,  yang  juga  berisi  pengambilan  keputusan   tentang  nilai. Pendapat  ini  sejalan  dengan  pendapat  Arikunto  yang menyatakan  bahwa  evaluasi merupakan kegiatan mengukur  dan menilai. Kedua pendapat di  atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa  evaluation as the  process of determining to  what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam   (1971)  yang  dikutip   oleh  Nana   Syaodih   S.,  menyatakan   bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for  judging   decision   alternatif.   Demikian  juga  dengan  Michael   Scriven   (1969) menyatakan  evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh  orang,  hal,   atau  obyek   tertentu  menurut   aturan   atau   formulasi  yang  jelas, sedangkan   penilaian   adalah   suatu  proses  untuk  mengambil   keputusan   dengan menggunakan informasi  yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik  yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto  yang membedakan  antara  pengukuran,  penilaian,  dan  evaluasi.  Arikunto menyatakan  bahwa mengukur  adalah membandingkan  sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran   bersifat  kuantitatif.   Sedangkan  menilai   adalah  mengambil   suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat  kualitatif. Hasil   pengukuran  yang  bersifat   kuantitatif  juga  dikemukakan   oleh  Norman  E. Gronlund   (1971)  yang  menyatakan   â€Ĺ“Measurement   is   limited   to   quantitative  descriptions of pupil behaviorâ€s
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan  oleh  Nana  Sudjana.   Ia  menyatakan  bahwa  penilaian  adalah  proses menentukan  nilai  suatu  obyek  dengan  menggunakan  ukuran atau  kriteria   tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) â€Ĺ“The assignment of one or a set of numbers to each of a set of  person or objects according to certain established rulesâ€r

B. Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1.      Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2.      mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3.      menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4.      memberikan pertanggung jawaban (accountability)

C. Fungsi Evaluasi
Sejalan   dengan   tujuan   evaluasi   di  atas,   evaluasi  yang  dilakukan  juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
a)      Selektif
b)      Diagnostik
c)      Penempatan
d)     Pengukur keberhasilan
Selain   keempat   fungsi   di  atas  Asmawi   Zainul  dan  Noehi   Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
1.      Remedial
2.      Umpan balik
3.      Memotivasi dan membimbing anak
4.      Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
5.      Pengembangan ilmu

D. Manfaat Evaluasi
Secara  umum  manfaat  yang  dapat  diambil  dari  kegiatan  evaluasi  dalam pembelajaran, yaitu:
1.      Memahami   sesuatu   :  mahasiswa   (entry   behavior,  motivasi,   dll),   sarana  dan prasarana, dan kondisi dosen
2.      Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan â€Ĺ“masalahâ€a , dll
3.      Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
a.      Bagi Siswa
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
b.      Bagi Guru
mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll. ketepatan metode yang digunakan
c.       Bagi Sekolah
1.      hasil belajar cermin kualitas sekolah
2.      membuat program sekolah
3.      pemenuhan standar

E. Macam-macam Evaluasi
1)      Formatif
Evaluasi   formatif   adalah   evalsi  yang  dilakukan  pada   setiap   akhir pembahasan suatu  pokok  bahasan  /  topik,  dan  dimaksudkan  untuk  mengetahui sejauh  manakah   suatu  proses  pembelajaran   telah  berjalan   sebagaimana  yang direncanakan.  Winkel  menyatakan   bahwa  yang  dimaksud   dengan   evaluasi formatif   adalah  penggunaan   tes-tes   selama  proses  pembelajaran  yang  masih berlangsung,  agar  siswa  dan  guru  memperoleh   informasi  (feedback) mengenai kemajuan  yang  telah   dicapai.  Sementara   Tesmer   menyatakan  formative  evaluation  is  a   judgement  of   the  strengths  and  weakness  of   instruction   in   its  developing   stages,   for   purpose   of   revising   the   instruction   to   improve   its  effectiveness  and  appeal.  Evaluasi   ini  dimaksudkan  untuk  mengontrol  sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi  yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.  Wiersma  menyatakan  formative  testing  is  done   to  monitor   student  progress  over  period of time. Ukuran keberhasilan  atau kemajuan  siswa dalam evaluasi   ini   adalah   penguasaan   kemampuan  yang  telah   dirumuskan   dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat   kematangan   siswa.  Artinya  TIK   dirumuskan   dengan  memperhatikan kemampuan  awal anak  dan  tingkat  kesulitan  yang wajar  yang diperkiran  masih sangat  mungkin  dijangkau/  dikuasai  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil  dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk   selanjutnya   diambil   tindakan-tindakan  yang  tepat.  Tindak   lanjut   dari evaluasi   ini  adalah  bagi  para  siswa  yang  belum  berhasil  maka  akan  diberikan remedial,  yaitu  bantuan  khusus  yang  diberikan  kepada  siswa  yang mengalami kesulitan  memahami  suatu pokok bahasan tertentu.  Sementara  bagi siswa  yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki   kemampuan  yang  lebih   akan   diberikan   pengayaan,   yaitu  materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2)      Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi  yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan  waktu  yang  didalamnya   tercakup   lebih  dari   satu  pokok  bahasan,  dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari   suatu   unit   ke   unit   berikutnya.  Winkel  mendefinisikan   evaluasi   sumatif sebagai  penggunaan  tes-tes  pada  akhir  suatu  periode  pengajaran  tertentu,  yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3)      Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan  dan  kelemahan-kelemahan  yang  ada   pada   siswa   sehingga   dapat diberikan   perlakuan  yang  tepat.  Evaluasi   diagnostik   dapat   dilakukan   dalam beberapa   tahapan,   baik   pada   tahap   awal,   selama  proses,   maupun   akhir pembelajaran.  Pada   tahap  awal  dilakukan   terhadap  calon  siswa  sebagai   input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau  pengetahuan  prasyarat  yang  harus  dikuasai  oleh  siswa.  Pada tahap  proses evaluasi   ini  diperlukan  untuk  mengetahui  bahan-bahan  pelajaran  mana  yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik  ini untuk mengetahui  tingkat  penguasaan siswa  atas  seluruh  materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif: Fungsinya mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya :
a)      menentukan kesulitan belajar yang dialami
b)      Umpan balik bagi siswa, guru maupun program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program
c)      Memberi tanda telah mengikuti suatu program, dan menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan anggota kelompoknyacara memilih tujuan yang dievaluasi memilih tiap-tiap keterampilan prasarat memilih tujuan setiap program pembelajaran secara berimbang memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan \
d)     Mengukur semua tujuan instruksional khusus
e)      Mengukur tujuan instruksional umum
f)       Skoring (cara menyekor)
g)      menggunakan standar mutlak dan relatif menggunakan standar mutlak menggunakan standar relatif
F. Prinsip Evaluasi
Terdapat  beberapa  prinsip  yang  harus  diperhatikan  dalam  melaksanakan  evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1)      Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi.
2)      Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3)      Agar   hasil   penilaian   obyektif,   gunakan   berbagai   alat   penilaian   dan   sifatnya komprehensif.
4)      Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1)      Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2)      Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
3)      Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
4)      Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
5)      Penilaian harus bersifat komparabel.
6)      Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
G. Pendekatan Evaluasi
Ada   dua   jenis   pendekatan   penilaian   yang   dapat   digunakan   untuk menafsirkan  sekor  menjadi  nilai.  Kedua  pendekatan   ini  memiliki   tujuan,  proses, standar  dan   juga  akan  menghasilkan  nilai  yang  berbeda.  Karena   itulah  pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua  perbedaan   tujuan   substansial,  yaitu  pengukuran   acuan  norma   (NRM)  yang berusaha  menetapkan   status   relatif,  dan  pengukuran  acuan  kriteria   (CRM)  yang berusaha  menetapkan   status   absolut.  Sejalan  dengan  pendapat  Glaser,  Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an  individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran   acuan   norma  (Norm   Reference   Measurement   /   NRM)  untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman   relatif   siswa.  Sedangkan  untuk  mengukur   tes  yang  mengidentifikasi ketuntasan   /  ketidaktuntasan   absolut   siswa   atas  perilaku   spesifik,  menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1.            Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
              Tujuan  penggunaan   tes  acuan  patokan  berfokus  pada  kelompok  perilaku siswa  yang  khusus.  Joesmani  menyebutnya  dengan  didasarkan  pada  kriteria  atau standard   khusus.  Dimaksudkan   untuk  mendapat   gambaran   yang   jelas   tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan  dengan  performan  yang   lain.  Dengan  kata   lain   tes   acuan  kriteria digunakan   untuk  menyeleksi   (secara   pasti)   status   individual   berkenaan   dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
              Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar   absolut.  Semiawan  menyebutnya   sebagai   standar  mutu   yang  mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation,  referenced   to  a  defined  body  of   learner  behaviors.  Dalam  standar   ini  penentuan tingkatan  (grade)  didasarkan  pada  sekor-sekor  yang   telah  ditetapkan  sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan   sekor   tertentu   sesuai   dengan   batas   yang   telah   ditetapkan   tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada   tingkat  kesulitan  tes  yang  mereka  terima.  Artinya  apabila  tes  yang  diterima siswa  mudah  akan  sangat  mungkin  para  siswa  mendapatkan  nilai  A  atau  B,  dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi   dengan  memperhatikan   secara   ketat   tujuan   yang   akan   diukur   tingkat pencapaiannya.
                       Dalam  menginterpretasi  skor  mentah  menjadi  nilai  dengan  menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
                        Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
                       Tujuan   penggunaan   tes   acuan   norma   biasanya   lebih   umum   dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan.
                       Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif   dalam   kelompoknya;  Tinggi   rendahnya   performan   seorang   siswa   sangat bergantung   pada   kondisi   performan   kelompoknya.   Dengan   kata   lain   standar pengukuran  yang  digunakan   ialah  norma  kelompok.  Salah   satu  keuntungan  dari standar   relatif   ini   adalah  penempatan   sekor   (performan)   siswa  dilakukan   tanpa memandang  kesulitan  suatu  tes  secara  teliti.  Kekurangan  dari penggunaan  standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi  untuk  mendapatkan  nilai  A  atau  B.  Situasi  seperti   ini  menjadi  baik  bagi motivasi  beberapa  siswa.   (2)  standar  relatif  membuat   terjadinya  persaingan  yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat   nilai   A   akan   mengurangi   kesempatan   pada   yang   lain   untuk mendapatkannya.
»»  READMORE...