cari yang ingin kamu baca

Kamis, 15 Desember 2011

Perubahan Sosial Budaya

TEORI-TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN
1.      Proses evolusi sosial secara universal
Kerangka cara berpikir evolusionisme universal menyebabkan timbulnya konsepsi tentang proses evolusi sosial secara universal. Menurutnya, semua hal dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lambat (berevolusi), dari tingkat yang rendah dan sederhana ke tingkat yang makin tinggi dan kompleks.
2.      Konsepsi evolusi sosial universal H. Spencer (1820-1903)
Spencer berkonsepsi bahwa seluruh alam itu baik yang berwujud non-organis, organis maupun superorganis berevolusi di dorong oleh kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal. Spencer melihat perkembangan masayarakat dan kebudayaan dari tiap bangsa di dunia akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Namun ia tak mengabaikan fakta bahwa tiap bagian masyarakat atau sub-kebudayaan bisa mengalami proses evolusi yang melalui tingkat yang berbeda-beda.
Contoh:
·         Asal-usul dari permukaan religi yang berpangkal bahwa religii itu mulai karena manusia sadar dan takut akan maut. Bentuk religi ini merupakan tingkat evolusi yang kompleks dan terdiferensiasi, yaitu pengembanan kepada dewa-dewa.
·         Evolusi hukum dalam masyarakat. Spencer berpendirian bahwa hukum pada masyarakat pada mulanya adalah hukum keramat, karena merupakan aturan-aturan hidup dalam bergaul. Dan di dalam masyarakat yang lebih kompleks, hukum keramat hilang dan digantikanhukum sekuler dimana terdapat azas saling membutuhkan.
Pada tingkat evolusi sosial, timbul masyarakat beragama yang menganggap raja adalah keturunan dewa. Manusia juga menjadi individualis sehingga kekuasaan raja dan keyakinan terhadap raja keramat menjadi berkurang.
3.      Teori evolusi keluarga JJ. Bachoven
Dalam buku Das Mutterecht, menurut Bachoven seluruh keluarga mengalami empat tingkat evolusi, yaitu:
a)      Promiskuitas; manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, antara laki-laki dan perempuan berhubungan seks secara bebas sehingga menghasilkan keturunan tanpa ikatan.
b)      Matriarchate; ada kesadaran anatara anaka dengan ibunya sebagai kelompok inti keluarga dalam masyrakat karena anak hanya mengenal ibunya daripada ayahnya. Timbul adanya menghindari perkawinan ibu dengan anak laki-lakinya (exogami).
c)      Patriarchate; laki-laki mengambil istri dari kelompok lain masuk ke kelompoknya sehingga keturunannya tinggal di kelompok pria. Disini peran ayah mulai menjadi kepala keluarga.
d)     Parental; muncul endogamy yaitu perkawinan di dalam batas kelompok yang menyebabkan anak-anak berhubungan dengan keluarga ayah maupun ibu.
4.      Teori evolusi kebudayaan di Indonesia (G.A. Wilken)
Menjelaskan teori-teori tentang sejumlah gejala kebudayaan dan kemasyarakatan, misalnya tentang teknomini yaitu tentang hakikat mas kawin yang merupakan alat untuk mengadakan perdamaian antara pengantin pria dan wanita setelah kawin lari. Menurut Wilken, Tetonisme adalah suatu kepercayaan kepadan jenis-jenis binatang keramat karena menjadi tempat reinkarnasi roh nenek moyang yang sering dipandang sebagai dasar untuk perkembangan hukum adat di Indonesia.
5.      Teori evolusi kebudayaan LH. Morgan (1818-1881)
Berpuasat pada susunan kemasayarakatan dan kekerabatan orang Iroquis. Morgan dalam proses evolusi masyarakat dan kebudayaan manusia, membagi perkembangan kebudayaan masyarakat menjadi delapan tingkat yaitu:
a)      Zaman liar tua
Hidupnya meramu, mencari akar-akar, dan tumbuhan liar
b)      Zaman liar madya
Manusia mulai menemukan api, menemukan senjata busur-panah, hidup dari meramu menjadi pencari ikan (pemburu).
c)      Zaman liar muda
Mengenal busur-panah, membuat barang- barang tembikar, hidupnya masih sederhana.
d)     Zaman barbar tua
Pandai membuat tembikar, mulai bercocok tanam dan beternak.
e)      Zaman barbar madya
Manusia mulai pandai membuat benda dari logam.
f)       Zaman madya muda
Mulai mengenal tulisan
g)      Zaman peradaban purba
h)      Zaman peradabab masa kini: mulai mengenal ilmu pengetahuan dan teknolgi yang semakin canggih.
6.      Teori evolusi religi E.B. Taylor (1832-1917)
Dalam karyanya Primitive Culture : Researches into development of Mythology, Philosophy, Religion, Language, Art and custom, Tylor mengajukan asal mula religi manusia itu adanya kesadaran akan adanya jiwa. Kesadaran itu disebabkan oleh:
a.       Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yangh hidup dan hal-hal yang mati.
b.      Peristiwa mimpi
Pada tingkat tertua, manusia percaya bahwa makhluk halus menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Religi ini disebut Animisme yang disertai dengan adanya berbagai upacra berupa doa, sesajian, atau kurban. Pada tingkat kedua dalam evolusi religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup disebabkan oleh jiwa-jiwa di belakang peristiwa dan gejala-gejala itu. Pada tingkat ketiga , timbul keyakinan bahwa dewa-dewa hidup dalam susunan kenegaraan yang serupa dalam dunia manusia. Terdapat susunan pangkat dewa-dewa sehungga menimbulkan satu dewab yaitu dewa yang tertinggi (monotheisme).
7.      Teori JG. Frazer mengenai ilmu gaib dan religi (1854-1941)
Manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan system pengetahuannya itu ada batasnya. Makin terbelakang kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal-soal hidup yang tak dapat dipecahkan dengan akal dapat dipecahkan dengan magic (ilmu gaib). Tetapi dengan magic, tidak membuahkan hasil sehingga menimbulkan keyakinan bahwa alam didiami oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa daripadanya. Kemudian manusia mancari hubungan dengan makhluk halus tersebut sehingga timbullah religi.
Perbedaan ilmu gaib dan religi:
a.       Ilmu gaib: segala system tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah gaib yang ada di alam.
b.      Religi: menyandarkan diri kepada kekuasaan makhluk-makhluk halus yang menempati alam.
8.      Hilangnya teori evolusi kebudayaan
Akhir abad ke-19, timbul kecaman-kecaman terhadap cara berpikir dan vara bekerja pada penganut evolusi kebudayaan. Mulai dari penganutnya kemudian terhadap konsepsi dasar tentang evolusi kebudayaan manusia. Pengumpulan bahan-bahan keterangan baru terutama sebagai hasil penggalian-penggalian prehistori menjadi banyak berkat peniliti antropolgi. Mulai tampak bahwa tingkat-timgkat evolusi hanya merupakan kontruksi pikiran saja, tidak sesuai dengan kenyataan dan tak dipertahankan

3 komentar:

  1. artikelnya menari, sudah berisi tentang nama2 ahli sosiologi yang mengungkapkan teori evolusi. ini sangat penting sekali bagi pembaca yang sedang mempelajari sosiologi dan antropologi.
    Gomawo.... ^_^\/

    BalasHapus
  2. thank mba yulia...
    aku suka komentarmu.
    semoga semakin meningkat lagi dalam berkreasi di blog...
    hee
    arigato gozaimatsu..

    BalasHapus