cari yang ingin kamu baca

Minggu, 15 Januari 2012

Persebaran komunitas India di Semarang

Lokasi:
1.     Jln.  Petolongan, Kampung Begog No. 7A Semarang.
2.     Jln. Pemali I/ 31 -33, kampung Progo III, Semarang.

A.   
SEJARAH KEDATANGAN ETNIS INDIA
            Orang Koja seringkali dianggap keturunan Arab. Namun nenek moyang mereka berasal dari Tamil dan Gujarat di India.
Komunitas warga Koja Semarang selain terkonsentrasi di kawasan Pekojan dan Petolongan, juga tersebar di kawasan Pecinan Semarang, yakni di Jeruk Kingkit, Bonkenep atau Bonarum, Wotprau, Bustaman, Suburan, Pandean, Progo, Pemali, dan Pesanggrahan. Mereka memiliki tradisi tersendiri setiap Lebaran, hari-hari besar Islam, dan pernikahan.
Meski bertampang mirip orang Arab—seperti yang disangka kebanyakan orang Indonesia—komunikasi sehari-hari warga Koja Semarang menggunakan bahasa Jawa ngoko maupun krama inggil. Tak jarang logat khas Semarang seperti he’eh dan iya ik, terselip dalam obrolan mereka.
Komunitas Koja tidak hanya dijumpai di Semarang. Meski bertampang seperti orang Arab, sesungguhnya mereka adalah keturunan Tamil dan Gujarat di India, yang berinduk pada bangsa Pakistan.
Orang Koja umumnya berasal dari daerah Cutch, Kathiawar dan Gujarat, India. Mereka berasal dari kasta Ksatria. Pada abad ke-14, komunitas ini mengalami perubahan besar ketika seorang mubaligh Persia, Pir Sadruddin, menyebarkan agama Islam di antara mereka dan memberikan kepada mereka nama “Khwaja”, dan dari kata ini diperoleh kata “khoja” atau “koja”. “Khawaja” sendiri berarti “guru, orang yang dihormati dan cukup berada”. Sementara, dalam bahasa India sendiri, Koja berarti ‘orang hilang’.
Pada Abad ke 18 an, etnis India yang berasal dari daerah Koja dimana daerah tersebut merupakan perbatasan antara Gujarat (India) dengan Pakistan datang ke Indonesia dengan tujuan hanya untuk memperluas perdagangan. Pada umumnya, Etnis India adalah masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang kain, arloji, dan kacamata. Tetapi pada perkembangannya mereka justru menetap di Indonesia khususnya di daerah Semarang dekat pelabuhan Tanjung Emas. Hal ini disebabkan Etnis India tersebut melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi yang pada akhirnya menghasilkan banyak keturunan di Semarang.
            Pemukiman etnis Koja di Semarang yaitu di daerah Citarum, Petolongan, Pekojan, Suburan, Pandean, Progo III. Prahu, Jeruk Ligit, Begog. Dan Kauman. Tetapi yang lebih dominan ialah di daerah Petolongan sekitar 100 orang keturunan India bermukim di daerah tersebut.
Karena kedatangan etnis India pada awalnya sebagai pedagang, maka mereka meneruskan pekerjaan dan keahliannya tersebut untuk berdagang sampai sekarang. Perdagangann yang mereka geluti adalah di bidang konveksi (kain), optic, arloji, dan rempah-rempah. Hal ini bisa di temukan di daerah sekitar jalan MT. Haryono dan Pasar Djohar. Perdagangan tersebut mereka wariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya, hal ini bertujuan agar usaha yang mereka miliki tetap berjalan.
KEKERABATAN
1.      Pola perkawinan
Pernikahan orang India dianggap sabagai ikatan seumur hidup sehingga jarang sekali masyarakat india yang melakukan perceraian. Dulu, Orang-orang india yang ada di daerah Semarang ketika masih ada keturunan asli atau pendatang india yang kemudian menetap di daerah persingghan melakukan perkawinan dengan orang yang masih sama keturunan india juga.  Hal ini dikarenakan orang-orang India tersebut sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional yang sangat kuat. Makanya dari itu, kebanyakan orang India zaman dulu banyak yang dijodohkan oleh orang yang dituakan dengan persetujuan dari mempelai pria dan mempelai wanita. Dalam melakukan perkawinan pun, sebelumnya antara mempelai wanita dengan mempelai laki-laki melakukan prosesi lamaran dan menetapkan sebuah istilah “putus bicara”. Putus bicara disini artinya mereka menetapkan tanggal pernikahan.  Dalam proses lamaran pun, antara mempelai laki-laki dan permpuan dilarang untuk saling  bertemu selama beberapa bulan hingga pada jatuhnya tanggal pernikahan.
Tetapi pada perkembangan yang sekarang, masyarakat india yang ada di daerah petolongan sudah ada orang yang melakukan perkawinan campuran dengan orang-orang di luar orang India. Ini dibuktikan dengan sudah terdapat keturunan India yang melakukan pernikahan antara orang India dengan Tionghoa, atau juga India dengan Belanda, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan beberapa factor, diantaranya:
a.       Factor lingkungan
b.      Cara pandang hidup
c.       Factor pendidikan
2.      Pola menetap
Pola menetap yang dilakukan oleh orang india di daerah Petolongan dan Progo III adalah Patrilokal, dimana kehidupan setelah menikah istri lebih memilih untuk tinggal di dalam lingkungan suami. Adanya pola yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat india setelah menikah seorang istri mengikuti suaminya. Anggapan suami sudah menjadi kepala keluarga dan masyarakat India di daerah penelitian tersebut menganggap bahwa suami adalah imam atau pemimpin yang harus diikuti oleh istrinya.
3.      Garis Keturunan
Di dalam sebuah keluarga, pastilah ada sebuah sistem yang diberlakukan dalm tatanan kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan keturunan, masyarakat India juga mempunyai garis keturunan secara Bilateral seperti halnya orang Jawa pada umumnya.
4.      Sebutan / Panggilan dalam keluarga
Dalam sebuah keluarga pastinya
a)      Kakek : betaji atau ajidah
b)      Nenek: mamaji
c)      Ayah : abah
d)     Ibu : umi
e)      Saudara Laki-laki              : abang
f)       Saudara Perempuan          : kakak
g)      Buyut : abahji dan mamaji
h)      Paman : cacha
i)        Bibi : cacha
B.     STRATIFIKASI
Masyarakat India itu mengenal sistem kasta yang sangat terkenal di dunia yaitu kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, kasta sudra, dan kasta paria. Kasta membatasi masyarakat india dalam berbagai macam kehidupan bermasyarakatnya. Seperti halnya pada pernikahan, seseorang yang berada di dalam kasta tertinggi tidak menikah dengan kasta yang ada dibawahnya, hal ini berlaku sebaliknya. Masyarakat dari kasta bawah tidak boleh menikah dengan kasta yang lebih tinggi. Apabila seseorang menikah dengan kasta yang lebih rendah maka dia pun tidak termasuk dalam bagian kastanya lagi atau dianggap rendah oleh masyarakat lain dari kastanya.
Masyarakat india tidak semua mengenal sistem kasta, hanya masyarakat india yang beragama hindu saja yang mengenal sistem kasta dalam kehidupannya. Mayoritas masyarakat india beragama hindu hanya sebagian kecil yang beragama selain hindu seperti islam. Masyarakat yang beragama islam tidak mengenal sistem kasta seperti masyarakat yang beragama hindu yang terkenal dengan sistem kastanya. Dalam kehidupan seperti pernikahan tidak memandang dari golongan mana akan tetapi dari agama mereka.
Masyarakat india yang berada di Semarang merupakan masyarakat india yang beragama islam, hal ini menjadikan bahwa masyarakat india yang tinggal di semarang tidak mengenal sistem kasta seperti masyarakat india pada umumnya. Tidak ada yang membatasi kehidupan mereka di dalam sistem kasta karena mereka menganggap perbedaan di dalam hidup mereka bukan hal yang kemudian membatasi diri mereka dalam berkehidupan, mereka beranggapan bahwa semuanya sama.
Masyarakat india yang berada di Semarang mengenal sistem bahwa orang yang lebih tua merupakan orang yang lebih tinggi kedudukannya daripada masyarakat yang lebih muda. Masyarakat yang lebih muda harus menghargai dan menghormati masyarakat yang lebih tua daripadanya. Hal ini karena masyarakat yang lebih tua merupakan masyarakat yang mengajarkan generasi yang lebih muda mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan kebudayaan di dalam masyarakat india. Sehingga rasa hormat dan saling menghargi harus dikembangkan di dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu juga masyarakat india juga mengenal sistem klasifikasi berdasarkan mata pencaharian. Mata pencaharian seseorang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat terutama terhadap rasa saling menghargai dan menghormati di dalam masyarakatnya. Masyarakat India yang ada di Semarang mayoritas berdagang di pasar johar Semarang. Mereka yang telah sukses lebih memilih berjualan tidak di pasar johar dan memilih daerah lain atau mengembangkan usahanya bidang lain. Tingkat kesuksesan dalam berdagang menjadikan klasifikasi dalam kehidupan mereka.
C.     DIALEK
Masyarakat india yang disemarang dulunya menggunakan dialek-dialek india dalam berkomunikasi. Tetapi seiring bejalannya waktu, sampai generasi ke lima ini sudah tidak menggunakan dialek-dialek India, dan karena kebanyakan dari mereka sudah menganut agama islam maka mereka terpengaruh dengan bahasa arab misalnya memanggil ayah dan ibu dengan sebutan abah dan umi. Disini walaupun dalam keseharian mereka sudah tidak menggunakan bahasa India tetapi mereka masih melestarikannya dengan cara pada saat mereka bertemu sanak keluarga mereka, mereka masih menggunakan bahasa India sebagai alat komunikasi mereka.
Ketika mereka berkomunikasi dengan keluarga dekat bahsa yang sering mereka gunkan misalnya nala yang berarti enak, sura yang berarti bagus dan soru yang artinya makan.
D.    Simbol
Setiap komunitas pasti memilki symbol-simbol yang mempunyai makna tersendiri. Seperti halnya dalam komunitas india terdapat symbol-symbol yang bias digunakan misalnya
a.       Menguacp salam dan mencium tangan orang yang lebih tua, hal ini menandakan rasa hormat.
b.      Penggunana pacar pada anak gadis yang akan menikah
c.       Menggunakan gelang bekhel pada saat menari
E.     Tradisi
Tradisi yang masih melekat hingga saat ini
1.      Malam pacar
Malam pacar adalah malam yang dilakukan oleh keluarga dari mempelai putri, sebelum menjalankan akad nikah. Malam itu biasanya diisi dengan menghias tangan mempelai putrid dengan menggunakn hena (kutek pacar). Setelah acara itu selesai dilanjutkan dengan tari-tarian oleh gadis-gadisn yang merupakan teman dari mempelai wanita. Tarian ini mempunyai makna bahwa mempelai wanita bahgia akan segera melepas masa lajangnya, tarian tersebut dilakukan di kamar mempelai wanita dan yang berada dalam kamar itu hanya para wanita saja, sedangkan laki-lakinya berada di luar rumah.
Malam pacar juga diiringi dengan acara pembacaan doa-doa islam dan pengajian yang dilangsung dipimpin oleh seorang Habib.
Setelah acara malam pacar selesai dilanjutkan dengan acara ijab yang hanya dihadiri oleh keluarga mempelai pria dan para kaum laki-laki yang merupakan teman dari mempelai laki-laki hingga acara ijab selesai sedangkan mempelai wanita berada dikamar. Kemudian setelah acara ijab selesai kedua mempelai dipertemukan dan dianjurkan untuk meminum air jeruk nipis. Hal ini dilakukan karena dipercaya mempunyai makna bahwa air jeruk nipis yang sangat masam tersebut dapat menghilangkan rasa kantuk kedua mempelai kareana akanmmenjalankan ritual pernikahan untuk esok harinya. Setelah itu, mempelai pria pulang ke rumahnya. Sebelum acara ijab dilakukan dari pihak laki-laki melamar pihak perempuan yang dikenal oleh masyrakat kampung india “nethek” (ketuk pintu). Dalam acra lamaran dari pihak laki-laki membawa persyaratan, diantaranya adalah :
a.       pakaian khas india (sari)
b.      perhiasan
c.       makanan wajik yang berwarna cokelat dan hijau, dimana wajik itu lengket yang mempunyai makna agar dua keluaraga dari kedua calon mempelai dapat menyatu.
d.      Bolu lapis yang dibuat dengan bahan dasar telur ayam kampung yang jumlahnya harus 40-50 butir.dan bolu lapis ini harus berasal dari harus khas koja, dengan alasan bahwa daerah koja merupakan tempat berpusatnya komunitas india.
e.       Bolu tart, yang tengahnya harus cokelat.
f.        Dan makanan khas dari india (dadar dan kare)
Ritual pernikahan yang masih menggunakn irama-irama india dan tari-tarian khas india, hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya india yang ada. Akan tetapi dekorasi dalam pernikahan tersebut terdapat unsure etnik jawa yang berupa pelaminan dari kedua mempelai yang terbuat dari ukiran khas jawa. Hal ini membuktikan bahwa mereka selain melestarikan budaya india juga menadopsi budaya yang ada dilingkungan mereka saat ini.
Tidak ketinggalan juga alunan mesik rebana sangatlah penting dalam mengiri prosesi pernikahan tersebut
2.      khitanan
dalam acara khitanan ini hamper sama dengan acara pernikahan, masih menggunakan bacaan doa-doa islam dan pengajian serta alunan music rebana, setelah acra ini biasanya anak laki-laki yang telah dikhitan diarak keliling kampung.
3.      Mencukur rambut bayi
Acara ini tidak jauh berbeda dengan adat jawa, mereka melakukan cukur rambut bayi ketika bayi tersebut tali pusarnya sudah lepas.kemudian rambut yang sudah dicukru itu ditimbang dan disesuaikan dengan harga emas. Misalnya rambut itu beratnya setengah gram, maka orang tua dari bayi tersebut harus mengeluarkan uang sesuai dengan harga emas dan membagi-bagikannya pada anak yatimdan kaum yang membutuhkan.

5 komentar:

  1. Maaf, saya sebagai orang Pekojan merasa ada yang salah dalam penulisan saudari yang berjudul "Persebaran komunitas India di Semarang"
    Pekojan- Petolongan adalah etnis keturunan Pakistan bukan India dan tidak ada sistem kasta seperti yang anda tulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. permisi bang, boleh kah saya untuk menghubungi abang. saya ada tugas dr kampus untuk mencari orang keturunan pekojan, saya mahasiswa dr kampus USM semarang, jika abang berkenan untuk membantu saya silahkan abang balas mail saya. terima kasih...

      Hapus
    2. permisi bang, boleh kah saya untuk menghubungi abang. saya ada tugas dr kampus untuk mencari orang keturunan pekojan, saya mahasiswa dr kampus USM semarang, jika abang berkenan untuk membantu saya silahkan abang balas mail saya. terima kasih...

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Bisa diperjelas lg keturunan kelima? Serta bukti yang melandasi.
    Salam, saya juga masih org khoja.

    BalasHapus